Bank Indonesia (BI) melihat aliran simpanan perbankan lebih banyak mengalir ke surat berharga dibandingkan dengan penyaluran kredit. Ini yang menjadi salah satu alasan pertumbuhan kredit lebih pelan pada kuartal I-2016. Demikianlah diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (23/5/2016).
"Kita juga tahu bahwa DPK (Dana Pihak Ketiga) cukup banyak yang mengalir ke surat berharga negara. Ataupun kepada instrumen sukuk dan ORI. Sehingga kita melihat pertumbuhan kredit yang lebih pelan," paparnya. Kredit perbankan sangat dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Baik kredit dalam ukuran mikro maupun korporasi.
"Kami juga ingin agar jangan sampai ekspansi kredit tertahan. Kalau seandainya bank-bank yang mengelola usahanya yang baik, NPL terjaga kita akan coba memberikan satu kelonggaran di makro prudensial, tapi bentuknya masih belum bisa kami sampaikan. Ini adalah pesannya," papar Agus.
Meski demikian, Agus melihat pertumbuhan kredit bisa meningkat pada kuartal II- 2016. Seiring dengan ekonomi yang lebih menggeliat seperti tahun-tahun sebelumnya. "Sekarang pun kita masih melihat di semester II pertumbuhan kredit akan baik, dan masih akan dua digit walaupun sekarang ada di single digit. Karena, di kuartal I kan spending pemerintah agak pelan tidak seperti yang diharapkan, dan swasta juga masih belum terlalu bergerak," paparnya.
Seperti diketahui, ada wacana untuk pelonggaran Loan to Value (LTV) untuk kendaraan bermotor dan properti. Ini bertujuan agar pembayaran uang muka oleh konsumen menjadi lebih rendah dan penyaluran kredit dari industri tersebut bisa tumbuh lebih tinggi.
"Ini masih dalam pembahasan," tegas Agus.
No comments:
Post a Comment