Friday, May 6, 2016

Data Tenaga Kerja Amerika Serikat Terendah Sejak September 2015

Bursa Saham AS cenderung stagnan pada perdagangan Kamis (5/5) setelah mayoritas investor cemas menunggu data resmi tenaga kerja April 2016.  Reuters mencatat indeks saham Dow Jones Industrial Average hanya naik tipis 9,45 poin atau 0,05 persen pada penutupan perdagangan menjadi 17.660,71. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 0,49 poin atau 0,02 persen menjadi 2,050.63. Demikian upa dengan indeks Nasdaq Composite yang minus 8,55 poin atau 0,18 persen ke level 4.717,09.

Berdasarkan data Kamis (5/5), jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran naik lebih dari yang diperkirakan pekan lalu. Lonjakan merupakan yang terbesar dalam lebih dari satu tahun terakhir.  Tampaknya investor cemas menunggu data pekerjaan bulan April yang akan dirilis Jumat (6/5). Rilis laporan tenaga kerja ini akan menjelaskan kondisi pasar tenaga kerja yang dapat mempengaruhi laju kenaikan suku bunga.

"Klaim pengangguran mingguan datang sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan, dan ketika Anda menggabungkan mereka dengan laporan ADP (data tenaga kerja swasta) kemarin, yang menimbulkan kemungkinan laporan kerja nasional besok bisa sedikit menyusut," kata Michael Sheldon, kepala investasi di Northstar Wealth Partners di West Hartford, Connecticut.

ADP pada hari Rabu (4/5) menunjukkan jumlah tenaga kerja pada bulan April jatuh ke titik terendah dalam tiga tahun. Sebuah survei Reuters menjelang laporan pemerintah Jumat menunjukkan nonfarm payrolls mungkin meningkat sebesar 202.000 bulan lalu, setelah naik 215.000 pada bulan Maret, sementara tingkat pengangguran diperkirakan akan terus di 5 persen.

Bursa saham Amerika Serikat berbalik naik pada akhir perdagangan Jumat (6/5) setelah sempat terkoreksi di awal pembukaan pasca dirilis data pasar tenaga kerja April yang mengecewakan.  Reuters mencatat, indeks saham utama Dow Jones Industrial Average menguat 79,92 poin atau 0,45 persen ke level 17.740,63, sedangkan indeks S&P 500 naik 6,51 poin atau 0,32 persen di angka 2.057,14 dan Nasdaq Composite meningkat 19,06 poin atau 0,4 persen menjadi 4,736.16.

Departemen Tenaga Kerja AS merilis melaporkan pertambahan lapangan pekerjaan baru pada April yang lebih rendah dari perkiraan kalangan ekonom . Jumlah lapangan kerja baru yang tercipta pada bulan lalu tercatat sebanyak 160 ribu, lebih rendah dibandingkan Februari dan Maret yang masing-masing sebesar 233 ribu dan 208 ribu pekerjaan.

Kendati tercipta lapangan kerja baru, tetapi tidak membuat tingkat pengangguran di AS turun dari kisaran 5 persen. Bahkan tingkat keuntungan pasar tenaga kerja pada April lalu merupakan yang terendah sejak September 2015.  "Saya tahu ada reaksi spontan di mana pasar ekuitas turun, tetapi tidak butuh waktu lama bagi investor dengan kepala dingin untuk menang dan mengenali kondisi ini karena masih ada sejumlah saham yang cukup baik," kata Eric Kuby, kepala investasi North Star Investment Management Corp di Chicago.

"Perekonomian masih OK, tapi tidak ada tekanan (yang) mungkin bunga (acuan The Fed) naik dari posisi sebelumnya," lanjut Kuby.  Berdasarkan survei yang dilakukan Reuters, mayoritas responden meyakini bahwa bank sentral AS akan menunda kenaikan suku bunga acuannya dari prediksi awal Juni kemungkinan besar baru akan terjadi pada September.

Data ekonomi campuran AS yang mengecewakan dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global telah melemahkan selera investor untuk mengambil risiko berinvestasi pada pekan ini.  Indeks Dow Jones dan S&P 500 membukukan kerugian dua pekan berturut-turut dan merupakan penurunan beruntun pertama sejak Februari. Untuk minggu ini, Dow Jones berakhir turun 0,2 persen, S&P 500 negatif 0,4 persen dan Nasdaq minus 0,8 persen.

Sekitar 7,1 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata harian perdagangan selama 20 hari terakhir yang sekitar 7,2 miliar. Bursa saham di seluruh dunia terjerembab pada Selasa (3/5) setelah China dan Inggris merilis data pelemahan manufaktur. Hal itu memunculkan kekhawatiran baru akan perlambatan ekonomi global. Sementara itu, harga minyak mentah kembali turun dan menyeret jatuh saham-saham energi di bursa Wall Street.

Mengutip Reuters, aktivitas pabrik di China menurun pada April lalu, melanjutkan pelemahan yang terjadi dalam 14 bulan terakhir akibat permintaan yang stagnan. Kondisi serupa juga terjadi di Inggris, di mana pada bulan lalu hasil produksi manufakturnya tiba-tiba menyusut ke level terendah dalam tiga tahun terakhir.

"Ada beberapa kekhawatiran tentang dampak (pelemahan ekonomi China) terhadap perekonomian global," kata Macrae Sykes , analis di Gabelli & Co Inc di Rye, New York.  Dari Negeri Paman Sam, harga minyak mentah tergelincir pada Selasa (3/5) waktu setempat, menyusul kenaikan produksi di kawasan Timur Tengah. Harga minyak AS CLc1 turun 2,52 persen menjadi US$ 43,65 per barel, sedangkan minyak mentah Brent LCOc1 turun 1,88 persen menjadi US$44,97 per barel. Hal ini menyebabkan indeks saham energi S&P turun 2,2 persen dan menyeret turun indeks S&P 500.

Indeks Dow Jones Industrial Averange (DJIA) ditutup melemah 140,25 poin atau 0,78 persen di level 17,750,91. Demikian pula dengan indeks S&P 500 yang terkoreksi 18,06 poin atau 0,87 persen pada angka 2.063,37. Sedangkan Indeks Nasdaq turun 54,37 poin atau 1,13 persen ke level 4.763,22. "Setelah mampu membukukan reli pada perdagangan sebelumnya, kali ini Wall Street memang harus tertekan dan menggerus semua keuntungan yang telah dicetak pada perdagangan sebelumnya," jelas Kepala Analis Janney Montgomery Scott, Philadelphia, AS, Mark Luschini.

Sementara itu, pasar modal Eropa jatuh ke posisi terendah dalam tiga minggu. Indeks saham utama Eropa FTSEurofirst 300 berakhir turun 1,74 persen pada level 1,318.91.Saham perusahaan Jerman, Commerzbank memimpin penurunan setelah keuntungannya anjlok signifikan.  Penyusutan aktivitas pabrik di China turut memukul saham-saham perusahaan pertambangan Eropa. Demikian pula dengan indeks saham perbankan SX7P, ditutup melemah 3,68 persen.

Indeks MSCI, yang merupakan indeks global ekuitas untuk pasar berkembang di dunia berakhir turun 4,65 poin atau 1,15 persen di posisi 399,52.

No comments:

Post a Comment