“PUT ini merupakan pencapaian penting bagi EXCL. Dengan PUT, XL Axiata akan melunasi pinjaman pemegang saham senilai 500 juta dollar AS,” ujar Mohamed Adlan, Chief Financial Officer EXCL, dalam pernyataan resminya. Setiap pemegang 100 saham lama yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan pada 18 Mei 2016 pukul 16:00 WIB berhak mendapatkan 25 HMETD. Pemegang setiap satu HMETD berhak membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 3.150 per saham.
Sebelumnya diberitakan, di aksi rights issue ini EXCL berniat menerbitkan maksimal 2,75 miliar saham. Jika jumlah saham yang diterbitkan tak berubah, maka EXCL akan meraup Rp 8,66 triliun. Manajemen EXCL akan memakai dana hasil rights issue untuk membayar seluruh utang pemegang saham senilai 500 juta dollar AS atau Rp 6,6 triliun (kurs Rp 13.200 per dollar AS) yang telah dikucurkan Axiata Group Berhad.
Rencana tersebut sejalan dengan strategi pengelolaan neraca EXCL. Emiten asal Malaysia ini berupaya memperkuat posisi keuangan dan meminimalkan eksposur risiko valuta asing. Pelunasan utang tersebut akan mengurangi rasio utang terhadap ekuitas EXCL dari 1,8x pada 31 Maret 2016 menjadi 0,9x berdasarkan laporan proforma seusai rights issue.
Axiata Group Berhad, yang saat ini menguasai 66,4 persen saham EXCL, berjanji melaksanakan seluruh haknya untuk mengambil bagian secara penuh sesuai porsi kepemilikan sahamnya dalam rights issue ini. Credit Suisse (Singapore) dan Mandiri Sekuritas, yang ditunjuk sebagai pembeli siaga, akan mengambil bagian setiap saham yang tidak diambil bagian dalam aksi korporasi ini. PT XL Axiata Tbk berencana menerbitkan saham baru atau right issue sebesar 500 juta dollar AS.
Penerbitan saham baru ini digunakan untuk membayar pinjaman perseroan. Presiden Direktur dan CEO XL Dian Siswarini mengungkapkan, aksi korporasi ini dilakukan sebagai bagian dari strategi XL dalam memperkuat possi keuangan dan mengurangi resiko dan dampak valuta asing. Adapun utang XL sampai dengan 2015 tercatat Rp 27 triliun dari sebelumnya Rp 29,6 triliun.
"Kita sudah jalani tahun 2015 sebagai tahun transformasi. Tahun ini (2016) kita ingin bersih-bersih 'lemak' dengan lebih efisien," kata Dian di Jakarta, Selasa (2/2/2016). Proses aksi korporasi ini sendiri masih harus mendapat persetujuan pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan digelar pada 10 Maret 2016.
Rights issue ini diharapkan bisa selesai pada semester I-2016. Adapun penasihat keuangan yang ditunjuk untuk aksi korporasi ini yakni Credit Suisse dan Mandiri Sekuritas.
No comments:
Post a Comment