Thursday, May 5, 2016

KADIN Kuatir Terhadap Penurunan Daya Beli Masyarakat

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyoroti fenomena penurunan daya beli masyarakat. Hal ini tercermin dari data-data penjualan beragam jenis barang konsumen melorot. "Di kuartal I 2016 penjualan hampir semua 'fast-moving consumer goods (FMCG)' rata-rata turun," kata Benny Sutrisno, Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perdagangan dalam diskusi di Jakarta, Rabu (4/5).

FCMG merupakan beragam produk yang relatif terjual secara cepat dan biasanya berbiaya rendah, seperti minuman, obat-obatan bebas, buah-buahan, sayuran, dan makanan olahan. Menurut Benny, sejumlah produk yang tingkat penjualannya tidak mengalami penurunan antara lain adalah rokok dan pulsa.

Ia berpendapat, penurunan penjualan FCMG mengkhawatirkan. Misalnya, ia mencontohkan, bila susu bubuk untuk bayi mengalami penurunan, maka bayi-bayi yang ada juga semakin berkurang meminum susu bubuk tersebut. Fenomena penurunan tingkat penjualan, antara lain karena memang daya beli masyarakat yang dinilai tengah menurun. Apalagi, nanti saat puasa dan lebaran di mana biasanya terdapat sejumlah pengeluaran ekstra.

Sebagaimana diberitakan, aktivitas ritel di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) masih didominasi gerai makanan dan minuman karena banyak tingkat daya beli konsumen dinilai masih terfokus pada sektor primer.

"Cukup banyak orang yang berbelanja ke mal, lebih banyak ke gerai F & B ("food and beverage"/makanan dan minuman) karena mereka lebih memprioritaskan pengeluaran mereka," tutur Arief Rahardjo, Direktur Riset Cushman & Wakefield.

Menurut Arief, pasokan barang ritel saat ini cukup terkontrol. Sementara, dari tingkat hunian dinilai masih baik atau sekitar 85-90 persen karena masih belum ada mal baru yang masuk ke pasar pada tahun ini. Sebelumnya, pembangunan mal atau pusat belanja di kawasan Bodetabek diperkirakan akan melebihi pembangunan pusat belanja yang ada di Jakarta pada beberapa tahun mendatang.

"Pasokan kumulatif saat ini di Bodetabek adalah 53,2 persen dari total pasokan di Jakarta. Namun, pembangunan ruang tambahan di Bodetabek pada 2016-2018 diproyeksikan bakal lebih tinggi daripada di Jakarta," terang Ferry Salanto, Associate Director Research Colliers International Indonesia, Rabu (6/4).

Dia memaparkan, berdasarkan daerahnya, Bekasi diperkirakan bakal menjadi kontributor besar dari pembangunan pusat belanja pada masa mendatang

No comments:

Post a Comment