Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut perusahaan baja asal Korea Selatan, Pohan Iron Steel Company (Posco) akan mengurangi porsi sahamnya di dalam perusahaan patungan dengan PT Krakatau Steel Tbk, yaitu PT Krakatau Posco. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan hal itu disampaikan langsung oleh Posco ketika berkunjung ke instansinya, Rabu (11/5). Ia menambahkan, pengurangan kepemilikan itu sesuai dengan perjanjian joint venture antara kedua perusahaan yang dibuat pada 2010 lalu.
"Alasan utamanya karena mengikuti kesepakatan joint venture. Namun untuk besaranbreakdown kepemilikan kedepannya, mungkin Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang lebih tahu," jelas Putu saat ditemui di kantornya, kemarin. Jika nanti kepemilikan saham Krakatau Steel menjadi mayoritas, Posco meminta Kemenperin untuk lebih memperhatikan proyek ini. Karena menurut Putu, Posco sempat khawatir Pemerintah akan mengacuhkan Krakatau Posco karena berbentuk Penanaman Modal Asing (PMA).
Meski pengurangan kepemilikan saham sudah ditegaskan dalam kesepakatan pembentukan joint venture, namun Putu mengungkapkan Posco juga tidak nyaman berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut terutama disebabkan oleh tidak adanya jaminan keamanan pasokan energi, harga gas yang tinggi, serta minimnya perlindungan bagi PMA.
"Mereka membayangkan Pemerintah kurang perhatian terhadap Posco, padahal tidak juga. Kami tetap memberi perhatian karena Indonesia masih membutuhkan pasokan baja demi pertumbuhan ekonomi. Kami sudah jelaskan ke mereka kalau kami tetap peduli dengan proyek ini," jelasnya. Saat ini, kepemilikan Posco di PT Krakatau Posco sebesar 70 persen dan sisa 30 persen dikempit oleh Krakatau Steel. Krakatau Posco mulai beroperasi sejak 2014 dan memproduksi baja slab dan plat dengan total produksi mencapai tiga juta per tahunnya.
Menurut laporan keuangan 2015, Krakatau Posco membukukan rugi sebesar US$106,26 juta atau membengkak 49,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$70,95 juta. Angka itu menyumbang 94,57 persen kerugian Krakatau Steel sebesar US$112,36 juta di tahun yang sama.
Perusahaan patungan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan Pohang Iron Steel Company (Posco), PT Krakatau Posco bakal memproduksi dan menjual produk baja hilir demi memperbaiki kinerja keuangan perusahaan yang terus merugi. Hot Rolled Coil (HRC) dan Cold Rolled Coil (CRC) adalah dua produk yang bakal diproduksi perusahaan Indonesia rasa Korea Selatan karena dinilai memiliki permintaan yang tinggi.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan keinginan itu disampaikan langsung oleh Posco kepada instansinya pada hari Rabu (11/5). Kemenperin menyambut baik hal ini karena selama ini laporan keuangan Krakatau Posco terus berwarna merah karena akibat fokus pada produksi baja sektor hulu.
Menurut laporan keuangan 2015, Krakatau Posco membukukan rugi sebesar US$106,26 juta atau membengkak 49,76 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$70,95 juta. Angka itu menyumbang 94,57 persen kerugian Krakatau Steel sebesar US$112,36 juta di tahun yang sama. "Pabrik baja yang bikin untung kan bukan di hulu, tapi di hilir. Sekarang ini Krakatau Steel dan Krakatau Posco kan rugi. Supaya mereka bisa untung, Krakatau Posco harus masuk di hilir," jelas Putu saat ditemui di kantornya, kemarin.
Sayangnya dalam pertemuan itu Posco tidak memberitahu pemerintah target pelaksanaan hilirisasi produk tersebut. Namun, ia berharap realisasi bisa cepat dilaksanakan mengingat posisi impor baja hilir Indonesia terbilang besar, yaitu sebanyak 6-7 juta ton per tahun. Ia melanjutkan, pembangunan ekonomi sangat bergantung pasa suplai baja hilir. Apalagi, nantinya konsumsi baja per kapita diharapkan bisa sebesar 300 kilogram (kg) per tahun atau meningkat enam kali lipat dibanding angka saat ini yaitu 50 kg per kapita per tahun.
"Kalau baja kurang maka ekonomi tidak bisa tumbuh tinggi, karena kunci dari pertumbuhan ekonomi untuk masyarakat sebanyak Indonesia adalah suplai baja yang tinggi juga," jelasnya. Sayangnya, Putu mengaku belum mendapat informasi berapa besar dana yang diperlukan Posco untuk melakukan hilirisasi produknya. Termasuk berapa kapasitas produksi HRC dan CRC yang akan disiapkan perusahaan.
Yang jelas, tambahnya, nanti bahan baku produk baja hilir itu akan dipasok langsung dari produk hulu Krakatau Posco berbentuk baja slab. Saat ini, produksi slab perusahaan tercatat dua juta ton per tahun atau mengambil dua per tiga total produksi baja hulu Krakatau Posco sebesar tiga juta ton per tahun. "Kami juga belum tahu apakah mereka akan mengalokasikan semua slab itu untuk produk hilir ini atau tidak. Tapi biasanya pada tahap awal perusahaan akan menggunakan separuhnya, jadi mungkin nanti slab sebanyak satu juta ton per tahun akan digunakan untuk produksi HRC dan CRC ini," imbuh Putu.
Sebagai informasi, produksi Krakatau Steel di Cilegon, Banten ditaksir bisa mencapai 10 juta ton per tahun di tahun 2025. Sebanyak enam juta ton, atau 60 persen dari angka tersebut, nantinya disumbang oleh Krakatau Posco
No comments:
Post a Comment