Thursday, May 19, 2016

Indonesia Butuh 177 Juta Ton Batubara Untuk Penuhi Kebutuhan Listrik

Batu bara memegang peranan penting dalam program kelistrikan nasional, karena merupakan sumber energi primer penghasil listrik yang relatif murah dibanding komoditas lain. Pasokan batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dalam negeri diperkirakan meningkat signifikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan, atau di 2020, yang jumlahnya diperkirakan 177,5 juta ton.

"Pasokan untuk kebutuhan PLTU akan meningkat signifikan dalam 5 tahun ke depan asumsi tentu 35 gigawatt (GW) berjalan dengan baik, realisasi tahun 2015 sekitar 70,8 juta ton, perkiraan kami kurang lebih 177,5 juta ton di tahun 2020," ujar Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI-ICMA), Pandu Sjahrir, di Menara Kuningan, Jakarta, Kamis (19/5/2016).

Saat ini 66% dari PLTU di tanah air adalah pembangkit listrik berbasis batu bara. "Sekarang saja 2/3 berasal dari pembangkit listrik berbasis batu bara," kata Pandu. Menurutnya, batu bara memegang peranan penting dalam mensukseskan program kelistrikan nasional. Karena sampai saat ini batu bara merupakan sumber energi primer penghasil murah yang paling terjangkau dan murah, dibandingkan komoditas lain baik sumber daya tak terbarukan. Proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 MW didominasi oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya.

Dari total 35.000 MW, sebanya k18.000 MW di antaranya adalah pembangkit batu bara, sisanya menggunakan gas dan energi baru terbarukan (EBT). Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA), Pandu Sjahrir, mengatakan saat ini batu bara masih merupakan sumber energi paling terjangkau yang menjadi bagian penting dari program kelistrikan 35.000 MW.

"Batu bara masih menjadi sumber energi paling terjangkau dan termurah untuk listrik," ujar Pandu, di Menara Kuningan, Jakarta, Kamis (19/5/2016). Berdasarkan data 2014 biaya memperoleh 1 kWh listrik dengan bahan bakar batu bara adalah Rp 378, lebih murah dibandingkan bahan bakar minyak yang membutuhkan biaya 7,5 kali lipat, yaitu Rp 2.835.

Ia lebih lanjut mengatakan, jika porsi pembangkit listrik yang berbasis batu bara dikurangi, maka harga listrik diperkirakan akan naik. "Porsi pembangkit listrik berbasis batu bara ditargetkan sekitar 20 GW. Jika porsi batu bara dikurangi, maka harga listrik diperkirakan akan naik," tutur Pandu.

No comments:

Post a Comment