Gurihnya bisnis penerbangan di Indonesia tak berjalan mulus. Dalam perkembangan transportasi udara beberapa maskapai nasional sempat berhenti beroperasi. Hal ini di antaranya disebabkan pertumbuhan bisnis dengan rute yang tidak merata, maskapai fokus pada tarif murah, efisiensi perusahaan serta usaha peningkatan pendapatan.
Merpati Nusantara Airlines (PT Merpati Nusantara Persero) perusahaan berpelat merah yang telah beroperasi sejak 1962 ini sejak minggu lalu telah menutup beberapa kantor dan meniadakan penerbangan hingga rencananya 5 Februari 2014. Hal ini dikarenakan adanya penurunan pemasukan serta kepercayaan masyarakat dan agen.
Sejumlah maskapai Indonesia yang mengalami kemunduran :
Sempati Air, berdiri pada 16 Desember 1968. Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1998 menyebabkan biaya operasional melambung. Gagalnya penawaran umum perdana saham (IPO) yang direncanakan pada 1996. Ditambah dengan sisa utang ekspansi membuat kondisi keuangan semakin terpuruk hingga tutup pada 5 Juni 1998.
Air Wagon Internasional Airline (Awair) berdiri tahun 2000. Kondisi finansial akibat ditinggalkan beberapa pendirinya membuat Awair menghentikan operasionalnya pada tahun 2001. AirAsia melihat peluang investasi. Awair diambil alih oleh AirAsia dengan mengubah orientasi bisnis perusahaan menjadi maskapai penerbangan berbiaya rendah dan mengganti nama Awair menjadi PT Indonesia Air Asia.
Bouraq Indonesia Airlines berdiri 1 April 1970. Kalah bersaing dengan kompetitor akibat strategi perawatan yang kurang tepat. Tidak beroperasinya armada semakin membuat kondisi keuangan yang terus terpuruk sejak 2004. Hal ini membuat pemerintah mencabut ijin terbang pada 2007.
Adam Air berdiri 19 Maret 2008. Pemerintah menutup Adam Air pada 19 Maret 2008 karena dianggap tidak ada perbaikan dalam segi keselamatan penerbangan. PT Bhakti Investama melalui anak perusahaannya Global Air Transport sempat berniat menyelamatkan maskapai ini dengan membeli 50% saham Adam Air dari keluarga Sandra Ang dan Adam Suherman. Karena tidak ada perubahan kinerja maka Global air Transport pun menarik sahamnya pada 14 Maret 2008.
Linus Airways (Lintasan Nusantara) berdiri pada 2004 dengan izin udara tahun 2008. Maskapai ini mengalami kesulitan likuiditas sehingga pemerintah mencabut sementara ijin layanannya pada tanggal 27 April 2009.
Jatayu Airlines berdiri tahun 2000. Pemerintah mencabut ijinnya pada Juni 2007 karena dianggap belum memenuhi standar pengoperasian penerbangan komersial yaitu jumlah armada yang kurang dari lima pesawat. Pemerintah meminta maskapai ini melakukan restrukturisasi bisnisnya.
Star Air berdiri pada tahun 2000. Kalah bersaing dengan kompetitor. Biaya operasional yang tinggi membuat maskapai ini tidak aktif beroperasi dan dicabut ijinnya pada 2008.
Mandala Airlines berdiri tahun 1969. Akibat kondisi keuangan yang terpuruk. Tahun 2006 maskapai ini menjual kepemilikannya kepada Cardig International (51%) dan Indigo Partners (49%). Maskapai ini mengalami persoalan internal dengan perusahaan penyewaan pesawat. Gagal bayar (default) terkait pembayaran sewa pesawat. Mandala menghentikan operasionalnya pada Januari 2011. Saratoga Group dan Tiger Airways mengambil alih kepemilikan sehingga April 2012 dapat kembali beroperasi.
Batavia Air berdiri 5 Januari 2002. Akibat kondisi keuangan yang memburuk. PT Metro Batavia digugat oleh perusahaan penyewaan pesawat dan dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada 30 Januari 2013.
Merpati Nusantara Airlines (PT Merpati Nusantara Persero) berdiri pada 1962. Kondisi keuangan melilit maskapai ini, utang Merpati lebih banyak ke perusahaan negara, bukan ke pihak swasta. Maskapai ini salah satu yang menyandang rapor merah BUMN. 27 Januari 2014 melakukan pemangkasan rute penerbangan, hanya mengoperasikan dua Boeing, tiga pesawat MA60, satu pesawat Cassa serta dua pesawat twinotter DHC-6. Penurunan cash in serta kepercayaan masyarakat dan agen menyebabkan kegiatan operasional maskapai itu tidak bisa dilanjutkan lagi. Merpati rencananya meniadakan penerbangan hingga 5 Februari 2014. Selain itu, Merpati pun men-suspend semua izin rute hingga akhir Februari 2014. Kendala yang dihadapi Merpati diantaranya sistem reservasi harus dibayar pada 31 Januari 2014, tuntutan gaji karyawan yang harus dipenuhi, maskapai wajib melunasi dan melakukan pembayaran untuk termin selanjutnya, keterbatasan kemampuan membeli bahan bakar serta biaya pengembalian tiket.
No comments:
Post a Comment