Sunday, May 18, 2014

5 Tahun Lagi Rokok Kretek Indonesia Tinggal Kenangan

Sekretaris Jenderal Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) Hasan Aoni Aziz memprediksi masa keemasan rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) tinggal lima tahun ke depan. Melonjaknya pangsa pasar Sigaret Kretek Mesin (SKM) yang digandrungi kaula muda, menyebabkan pangsa pasar rokok tanpa filter tersebut terus menyusut.

“Kalau tidak segera ada campur tangan pemerintah ya tinggal kenangan saja,” ujarnya saat dikonfirmasi, Ahad, 18 Mei 2014.

Kemunculan produk Sigaret Kretek Mesin (SKM) dengan produk utama rokok yang dilengkapi busa filter saring nikotin pada tiap batangnya, cukup memukul pertumbuhan rokok sigaret tangan. Dengan kemasan dan citra rokok yang dianggap pas bagi kalangan muda, mereka berhasil mencatatkan pertumbuhan signifikan dalam waktu singkat. ”Rokok ini memberikan sensasi dan cita rasa yang baik bagi kalangan muda,” ujarnya.

Selain itu, penggunaan bahan baku dan tenaga kerja yang menitikberatkan pada kinerja mesin menyebabkan perusahaan lebih berpihak meningkatkan produksi rokok filter daripada sigaret yang menggunakan sebagian besar keahlian tenaga kerja. “Rokok Sigaret itu lebih padat modal karena tenaga kerja dan sebagainya, sementara SKM lebih ke padat karya,” ujarnya.

Lembaganya mencatat pangsa pasar rokok filter dalam lima tahun mencapai 66,20 persen dari seluruh pasar rokok tanah air, sementara rokok sigaret tangan justru terus menurun hingga menyisakan 26 persen, sedangkan sisanya diisi segmen Sigaret Putih Mesin (SPM) 5,9 persen dan produk lainnya sekitar 1,7 persen.

“Rata-rata pertumbuhan mereka bisa hingga lima persen per tahun, jika dibiarkan lima tahun mendatang rokok sigaret menjadi barang langka yang mahal,” ujarnya.

Selain persaingan dengan produk rokok filter, kata Hasan, kendala lain yang membelenggu pertumbuhan rokok sigaret akibat lemahnya dukungan pemerintah. Hingga kini cukai untuk rokok terbilang tinggi yang berdampak pada menurunnya pendapatan perusahaan. “Mereka tidak pernah memikirkan jika produk sigaret tangan ini merupakan heritage Indonesia, harusnya dilindungi pemerintah,” kata dia.

Hasan mencontohkan pemutusan kerja sekitar 4.900 tenaga kerja PT HM Sampoerna di Lumajang dan Jember merupakan bukti besarnya beban tenaga kerja yang harus ditanggung perusahaan, sementara segmen pasar rokok sigaret terus menurun. “Lakukan upaya menurunkan pajak cukai rokok agar produk sigaret tetap eksis,” ujarnya.

No comments:

Post a Comment