Tahun ini diperkirakan bakal menyulitkan kalangan petani. Dua di antaranya karena adanya banjir dan ancaman El Nino yang diprediksi terjadi Oktober mendatang.
“Banjir terjadi sekitar Januari sampai Mei, sedangkan El Nino baru terjadi Oktober,” ujar Kepala Balai Penelitian Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Haris Syahbuddin, Jumat, 9 Mei 2014.
Potensi banjir ini merupakan ancaman bagi sektor pertanian. Sebab, sebagian besar wilayah Indonesia masih dilanda hujan dengan intensitas tinggi. Beberapa daerah lahan pertanian di sekitar Pantai Utara Pulau Jawa, seperti Demak, Serang, dan Rembang, telah terendam banjir awal tahun ini. “Ini imbas dari perubahan iklim ekstrem,” tutur Haris.
Banjir di beberapa daerah Pantai Utara Jawa juga telah berimbas langsung pada total produksi petani. Dengan lahan panen yang kian sempit, ia pesimistis target surplus beras tahun ini yang dipatok pemerintah bakal tercapai.
Per Mei ini, produksi beras masih 71 juta ton atau di bawah target 76 juta ton. Sedangkan target surplus beras pada semester satu tahun ini cukup besar, yakni 10 juta ton.
Selepas musim hujan, menurut Haris, petani harus segera bersiap karena masih ada ancaman kekeringan. “Lebih-lebih badan pemantau iklim internasional, seperti NOAA, Amerika, sudah menyatakan besarnya potensi El Nino pada Oktober atau Desember,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment