Ketua Komite Tanaman Perkebunan Mulyadi Sukandar mengatakan rencana tutupnya dua pabrik sigaret kretek tangan PT HM Sampoerna Tbk di Lumajang dan Jember tidak mempengaruhi industri cengkeh dalam negeri. Alasannya, produksi cengkeh nasional lebih kecil ketimbang kebutuhan industri rokok.
Setiap tahun, kata dia, industri rokok butuh 110 ribu ton cengkeh untuk campuran bahan baku rokok kretek. Sedangkan produksi rata-rata cengkeh masih di bawah itu. "Tahun 2013, produksi cengkeh Indonesia hanya 70 ribu ton. Target produksi tahun ini saja masih sekitar itu. Jadi, petani cengkeh tidak terdampak atas tutupnya dua pabrik SKT Sampoerna," ujar Mulyadi kepada Tempo, Ahad, 18 Mei 2014.
Ia mengatakan cengkeh tidak hanya menggantungkan pada produksi SKT. Sigaret kretek mesin (SKM), ujar dia, juga butuh campuran cengkeh. Bila produksi dan pangsa pasar SKT turun, pasokan cengkeh bisa dialihkan ke SKM.
Selain cengkeh, ia melihat industri tembakau juga diprediksi tidak terdampak. Sebaliknya, Mulyadi melihat tutupnya dua pabrik SKT itu bisa berimbas pada penurunan setoran cukai ke pemerintah. Hingga kuartal pertama 2014, menurut Mulyadi, cukai rokok sudah menyumbang sekitar Rp 37 triliun. "Bisa-bisa target penerimaan cukai rokok tahun ini meleset. Lebih berimbas pada penerimaan cukai," ujarnya.
Sekjen Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) Ketut Budiman mengatakan penutupan dua pabrik SKT itu akan berdampak pada petani cengkeh jika diikuti tutupnya pabrik-pabrik SKT dan SKM lainnya. Ketut prihatin atas penutupan itu karena berdampak langsung pada karyawan. "Kasihan ada yang kehilangan pekerjaan atau penghasilan," ujar Ketut.
PT HM Sampoerna Tbk akan merumahkan 4.900 karyawannya mulai 1 Juni 2014. Tindakan itu akibat menurunnya pasar produk sigaret kretek tangan. Juru bicara Sampoerna, Maharani Subandhi, mencatat tahun lalu volume penjualan SKT mengalami penurunan 13 persen. Hingga kuartal pertama 2014, kata dia, tercatat ada penurunan 16,1 persen. "Kami tidak melihat akan adanya perubahan tren pada segmen SKT dalam waktu dekat," tuturnya.
No comments:
Post a Comment