Tuesday, May 20, 2014

Demi Para Pemodal, Capres Harus Hindari Nasionalisasi

Kementerian Perindustrian menyatakan banyak investor asing yang masih menunggu hasil pemilihan presiden di Indonesia. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan rencana itu bisa buyar jika tidak ada jaminan keamanan. "Kalau yang diomongin masuk akal mereka merasa aman, jangan buat kalimat yang bombastis seperti nasionalisasi," ujar Hidayat, Selasa 20 Mei 2014.

Menurut dia, beberapa industri feasibility study (FS) sudah selesai, namun mereka masih menunggu siapa yang akan terpilih menjadi Presiden. Dia mencontohkan investor industri besi baja dan petrokimia. Para investor itu, kata Hidayat, masih mau melihat tema-tema yang dilontarkan para calon presiden. Oleh karena itu, Hidayat berharap, Presiden yang terpilih nanti bisa memberikan penjelasan secara gamblang, apa yang akan dilakukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mengatakan, kepastian pencalonan Joko Widodo alias Jokowi sebagai calon presiden menjadi referensi positif bagi para investor. Kalangan investor menilai pencalonan Jokowi memberikan harapan di masa mendatang.

Menurut Enny, beberapa prestasi Jokowi di Jakarta seperti pembangunan waduk pluit dan penataan pasar Tanah Abang menjadi pertimbangan pemilik modal.“Adanya Jokowi akan berdampak baik bagi investasi, tapi jangan sampai hanya sebagai ketertarikan saja, tapi juga bagaimana investasi nyata nantinya,” ujarnya, Jumat Jumat 14 Maret 2014.

Sebelumnya, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan memberikan mandat kepada Gubernur DKI Jakarta, Jokowi, menjadi Calon Presiden 2014. Enny mengatakan, sebenarnya investor tak terlalu terpengaruh siapa presidennya nanti, karena yang dibutuhkan adalah konsistensi kebijakan. Sebab yang diinginkan masyarakat adalah visi kedaulatan ekonomi. Karena selama ini, ekonomi Indonesia seolah kehilangan kedaulatan.

Ditanya apakah visi tersebut ada pada Jokowi, Enny mengatakan. bahwa hal itu masih harus di uji lebih lanjut. Evaluasinya menurut dia tak cukup dengan dua tahun pada saat Jokowi menjabat jadi gubernur, namun harus dilihat Jokowi jika nanti benar-benar jadi preseiden.

Ketika Jokowi memimpin Jakarta, kemacetan dan banjir menjadi pertimbangan investor. Kedua masalah ini masih belum bisa diselesaikan. Namun, menurut Enny, banjir dan kemaceten sulit diatasi siapapun pemimpinnya."Apapun yang terjadi, saya kira yang penting harus tetap menjaga mekanisme pasar tanpa adanya intervensi,” ujarnya.

Jika terpilih sebagai presiden, kata Enny, Jokowi harus membentuk tim ekonomi mengingat latar belakang dia bukan berasal dari ekonomi. Selain faktor Jokowi, menurut Enny, partai pengusung juga menjadi pertimbangan investor. Pada saat PDIP berkuasa ketika Megawati menjadi presiden, dia dikritik karena banyak melakukan privatisasi. Hal ini seolah berkebalikan dengan slogan partai yang diusung yaitu prorakyat kecil. “Satu lagi yang menjadi perhatian investor adalah siapa cawapres yang ditunjuk, jangan sampai blunder.”

No comments:

Post a Comment