Penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) dan kurs rupiah yang terlalu tinggi dalam waktu singkat membuat pasar segera melakukan aksi ambil untung atau profit taking. “Rentang nominalnya sudah terlampau tinggi,” ujar analis dari PT Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, ketika dihubungi, Senin, 19 Mei 2014.
Hal ini merespons melorotnya IHSG 17 poin (0,3 persen) ke level 5.015 pada penutupan sore hari ini, padahal sebelumnya indeks sempat menguat tipis. Nilai tukar rupiah yang menyentuh level Rp 11.370-an per dolar AS bahkan kembali bergerak ke level 11.400-an. “Aksi ambil untung diprediksi akan terjadi selama sepekan,” kata Kiswoyo.
Indeks tak terlalu anjlok dengan masih berada di kisaran 5.000, menurut Kiswoyo, karena bursa masih memberi respons positif terhadap pengusungan Jusuf Kalla sebagai calon wakil presiden. “JK dinilai pelaku pasar masih lebih baik daripada nama cawapres lain yang beredar selama ini. Jokowi sudah berhasil menepis persepsi dirinya sebagai capres boneka,” tuturnya.
Nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia hari ini mencapai Rp 6,594 triliun dengan aksi beli investor asing sebesar Rp 3,457 triliun. Masifnya investor asing ke pasar keuangan ini tak lain dipicu oleh kestabilan situasi politik menjelang pemilihan presiden, ditambah lagi adanya ekspektasi pasar terhadap sejumlah pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusung partai-partai besar.
Namun begitu, kepala ekonom dari PT Bank International Indonesia Tbk, Juniman, mengingatkan bahwa besarnya dana investasi yang masuk ke pasar keuangan tak akan bertahan lama. Pasalnya, pelaku pasar tetap mencemaskan kekuatan koalisi partai politik pendukung Jokowi. (Baca: Chatib: Peta Politik Jelas, IHSG Meroket)
“Apabila format koalisi pendukung tak juga bertambah, pelaku pasar khawatir hal itu akan mengurangi efektifitas pemerintahan,” kata Juniman. Ia menggarisbawahi suara koalisi parpol pendukung Jokowi-JK saat ini baru mencapai 40 persen.
No comments:
Post a Comment