Menurunnya produksi dan melemahnya harga minyak mentah dunia mempengaruhi kinerja Chevron Corporation pada kuartal pertama tahun ini. Sebagai produsen minyak terbesar kedua di Amerika Serikat (AS), perolehan penjualan tersebut di bawah ekspektasi Wall Street sebelumnya.
Akibat penurunan harga minyak mentah Chevron sekitar 4 persen, perusahaan hanya mencetak penjualan US$ 4,51 miliar atau US$ 2,36 per lembar saham. Angka ini turun drastis dibanding kuartal yang sama tahun lalu dengan penjualan US$ 6,18 miliar atau US$ 3,18 per lembar saham.
Jika dikalkulasi produksinya di seluruh dunia, produksi Chevron turun 2 persen menjadi 2,59 juta barel per hari (BOEPD). Angka tersebut bertolak belakang dengan pencapaian Exxon dan ConocoPhillips yang pada Kamis lalu mencatat keuntungan jauh di atas prediksi Wall Street.
CEO Chevron Corporation John Watson menyatakan melemahnya harga minyak mentah sebagai salah satu faktor ekonomi global yang mempengaruhi kinerja perusahaan. “Hal tersebut yang makin memperburuk anjloknya produksi akibat cuaca buruk di Kazakstan, di mana terdapat dua lapangan minyak terbesarnya yang dimiliki Chevron,” ujar Watson seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 2 Mei 2014
Seperti diketahui, Chevron tak seperti perusahaan energi besar lainnya karena lebih banyak memasok minyak mentah ke AS ketimbang gas alam. Karena itu pula, perusahaan-perusahaan lainnya terbantu sepanjang beberapa tahun belakangan ini--harga gas alam berada stabil selama sepanjang sepuluh tahun terakhir.
Hal ini terlihat dari meski pada kuartal pertama ini musim dingin di AS telah sedikitnya mendorong kenaikan harga gas 50 persen ketimbang periode serupa tahun lalu, Chevron tak terimbas positif. Pasalnya, kinerja Chevron tetap tertinggal oleh pesaingnya: Exxon Mobil Corporation dan ConocoPhillips.
Kedua perusahaan yang memproduksi lebih banyak gas alamnya di AS ketimbang Chevron itu juga terimbas kenaikan harga gas alam pada kuartal pertama kemarin. Hal tersebut terlihat dari pendapatan kedua perusahaan itu yang meningkat. Chevron tercatat memproduksi 1,2 juta kaki kubik per hari (MCFD) pada kuartal terakhir tahun lalu. Sedangkan Exxon menghasilkan 3,4 MCFD di AS.
Namun ternyata kinerja perusahaan tak lantas berimbas pada harga saham Chevron di bursa efek setempat. Harga saham perusahaan itu justru naik 0,4 persen menjadi US$ 125,39 per lembar pada Jumat pagi lalu waktu setempat. Dibanding sehari sebelumnya, valuasi harga saham ini naik 6 persen dibanding enam bulan sebelumnya.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan kabut asap di wilayah Riau mengganggu kinerja beberapa kontraktor minyak mentah di kawasan tersebut.
Sedikitnya ada tiga perusahaan minyak yang terkena dampak kabut asap kebakaran hutan yakni PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI), PT BOB- Bumi Siak Pusako, dan PT EMP Malacca Strait.
Menurut juru bicara SKK Migas, Handoyo Budi Santoso, gangguan produksi minyak paling tinggi terjadi di wilayah kerja Rokan yang dioperasikan Chevron Pacific. Kualitas udara yang buruk memaksa Chevron untuk melakukan perawatan darurat terhadap sumur North Duri Cogen dan menyebabkan penurunan daya (power shedding) sebesar 70 mega watt (MW).
Handoyo mengatakan Chevron harus menutup 573 sumur dan 19 unit pompa untuk injeksi air. SKK Migas memperkirakan Chevron kehilangan potensi produksi 8.800 barel minyak per hari (Bph) dari wilayah kerjanya. "Beberapa kegiatan konstruksi dan perawatan fasilitas produksi terpaksa dihentikan karena minimnya jarak pandang di area kegiatan tersebut," kata dia dalam keterangan tertulis, Ahad, 16 Maret 2014.
Menurut Handoyo, Chevron kini menghadapi kenaikan biaya operasional rig karena sampai penundaan operasi pengeboran. Hingga saat ini Chevron sudah menunda pengeboran selama 800 jam dari 15 rig.
Sejak 13 Maret 2014, semua wilayah operasi Chevron Pasific sudah berada dalam kategori merah yang ditunjukkan dengan Indeks Standar Polusi (Pollution Standards Index/ PSI) di atas 500. "Kegiatan pekerja di luar ruangan terpaksa dikurangi dan harus dilakukan secara bergantian untuk menghindari paparan asap," ujarnya.
Selain Chevron Pasific, gangguan operasi juga dialami oleh PT BOB- Bumi Siak Pusako yang mengoperasikan Wilayah Kerja Coastal Plains and Pekan Baru (CPP). Potensi produksi yang hilang akibat gangguan di wilayah kerja CPP mencapai 4 ribu Bph. Kabut asap juga mempengaruhi operasi wilayah kerja Malacca Strait yang dioperasikan PT EMP Malacca Strait. Di ladang ini, potensi kehilangan produksi mencapai 7 ribu Bph.
Secara keseluruhan, SKK Migas memperkirakan kehilangan produksi minyak akibat kabut asap Riau sebesar 12 ribu Bph.
No comments:
Post a Comment