Friday, May 16, 2014

Pasokan Kakao Dunia Alami Defisit Sebesar 1 Juta Ton

Pelaku usaha bisnis kakao mengkhawatirkan akan terjadi defisit bahan baku kakao di dunia pada 2020 sebesar satu juta ton. "Ini karena terjadi peningkatan permintaan kakao sekitar 2 sampai 4 persen per tahun sementara produksi kakao tidak sebesar itu," kata kata Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun, saatKonferensi Kakao Internasional Indonesia Keenam, di Nusa Dua, Bali, Jumat malam.

Alex mengatakan kekhawatiran tersebut mengemuka pada konferensi tersebut. Untuk Indonesia sendiri, katanya, konsumsi meningkat menjadi 400 gram per kapita per tahun pada 2013 dari sebelumnya 250 gram per kapita per tahun pada 2010. Angka itu masih kalah jauh dari komsumsi kako Eropa 8 kg per kapita per tahun.

Namun, Alex, berharap tidak akan terjadi kekurangan pasokan bahan baku kakao. Alex mengatakan kekhawatiran itu justru merupakan peluang bagi Indonesia yang kini merupakan produsen kakao nomor tiga terbesar setelah Ghana dan Pantai Gading. Ia mengatakan produktivitas kakao Indonesia masih rendah. Saat ini, untuk meningkatkan produksi kakao maka pemerintah melalui Kementerian Pertanian melakukan gerakan nasional peningkatan produksi kakao.

Sementara itu Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia, Piter Jasman, mengatakan Indonesia masih sangat mungkin meningkatkan produksi kakaonya. Piter mengatakan saat ini produktivitas kakao petani Indonesia hanya 500 kg per hektar. Padahal produktivitas perkebunan kakao bisa ditingkatkan menjadi 2 ton per hektare, bahkan di Aceh bisa mencapai 3 ton per hektare.

Jika petani Indonesia bisa meningkatkan produktivitas maka produksi kakao Indonesia meningkat tanpa harus melakukan ekstensifikasi lahan. Untuk meningkatkan produktivitas, katanya, maka perlu bibit yang bagus, pemupukan dan pemeliharaan yang teratur.

Menurut data Kementerian Pertanian pada 2013 total produksi buah kakao Indonesia 770 ribu ton dari 1,8 juta hektare lahan kakao, atau ketiga terbesar di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia ditargetkan akan menjadi produsen pengolahan (grinding) kakao terbesar dunia pada 2015 dengan produksi 600 ribu ton kakao per tahun.  "Indonesia akan melewati Ghana dan Pantai Gading," kata Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun saat Konferensi Kakao Internasional Indonesia Keenam, di Nusa Dua, Bali, Jumat malam.

Alex mengatakan, target kapasitas produksi kakao Indonesia tahun 2015 itu jauh lebih besar dibanding tahun 2010 yang hanya 150 ribu ton."Ini artinya dalam waktu lima tahun kapasitas griding kakao di Indonesia naik 300 persen," katanya. Pada 2013, produksi griding kakao Indonesia sekitar 500 ribu ton.

Alex mengatakan industri kakao Indonesia berkembang karena adanya dukungan pemerintah. Salah satunya adalah pengenaan bea keluar (ekspor) biji kakao sejak 2010."Ini bukti bahwa pajak ekspor biji coklat telah efektif dan sukses mengembangkan industri kakao di Indonesia," katanya. Kebijakan ini telah membuat perusahaan makanan dan minuman multinasional melakukan ekspansi usaha.

Ia mengatakan target tahun 2015 tersebut sangat mungkin tercapai karena adanya sinergi yang bagus antarinstansi pemerintah. Apalagi saat ini, kata Alex, kakao telah menjadi komoditas utama di sektor perkebunan Indonesia selain kelapa sawit dan karet.

Pada 2013, kakao memberikan kontribusi 1,1 miliar dolar AS bagi pendapat Indonesia.

No comments:

Post a Comment