Harga minyak dunia turun pada Kamis (6/11/2014) waktu setempat (Jumat pagi WIB), setelah Organisasi negara pengekspor minyak (OPEC) memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak mentah global.
Acuan kontrak berjangka AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Desember, ditutup turun 77 sen menjadi 77,91 dollar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember turun sembilan sen menjadi 82,86 dollar AS per barel di perdagangan London.
OPEC, yang merupakan pemasok sepertiga minyak mentah dunia, memperkirakan dalam prospek tahunan global-nya bahwa permintaan dunia untuk minyak mentah OPEC akan turun dari di atas 30 juta barel per hari pada 2013 menjadi 28,2 juta barel per hari pada 2017, sebelum mulai naik kembali pada 2018.
OPEC menggarisbawahi bahwa Amerika Serikat dan Kanada adalah pendorong utama pertumbuhan produksi non-OPEC. Sebagian dari produksi minyak kedua negara itu berasal dari produksi minyak serpih.
Carl Larry, direktur minyak dan gas di Frost & Sullivan, menyebutkan, laporan OPEC terbaru itu menunjukkan ada lebih banyak perhatian tentang apa yang terjadi di AS.
Sementara itu, dollar menguat terhadap euro setelah Ketua Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi mengatakan pihaknya menyiapkan langkah-langkah stimulus moneter lebih lanjut jika diperlukan untuk melawan ancaman deflasi di 18 negara zona euro yang sakit.
"Minyak mentah (diperdagangkan) lebih rendah karena kombinasi pembicaraan Draghi, kenaikan dollar dan OPEC memotong proyeksinya untuk jumlah minyak mentahnya akibat kenaikan produksi minyak serpih," kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Dollar AS yang semakin kuat membuat komoditas yang dihargakan dalam dollar AS lebih mahal untuk pembeli yang menggunakan mata uang yang lebih lemah, sehingga cenderung memukul permintaan dan harga.
Hansen menunjukkan bahwa perkiraan produksi OPEC 2017 sebesar 28,2 juta barel per hari akan menjadi yang terendah dalam 14-tahun.
No comments:
Post a Comment