Thursday, November 6, 2014

Akses Penetrasi Ekonomi Syariah Melalui Pesantren

Keseriusan pemerintah memperdalam akses dan pendidikan ekonomi syariah melalui pondok pesantren tidak hanya berdampak positif bagi pertumbuhan industri keuangan syariah di Tanah Air.

Dalam rangkaian Indonesia Syari'a Economic Festival (ISEF) tampak jelas adanya dampak lain, yaitu potensi peningkatan taraf hidup masyarakat menengah ke bawah di Indonesia. Acara tersebut diadakan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 3 hingga 9 November 2014 di Surabaya.

Potensi peningkatan taraf hidup masyarakat mengemuka dalam acara bincang-bincang yang dihadiri oleh Gubernur BI Agus DW Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo di Kantor Perwakilan BI Jawa Timur, Rabu (5/11/2014).

Agus menuturkan, kegiatan bincang-bincang nasional ini bertujuan untuk memberdayakan pesantren agar mampu mengembangkan kemandirian ekonomi masyarakat dan ekonomi syariah. Menurutnya, lewat ponpes, potensi perkembangan ekonomi syariah menjadi begitu besar.

Lantas, dengan mulai memberikan pemahaman mendalam di antara akar rumput, masyarakat pun diharapkan bisa memanfaatkan produk ekonomi syariah dengan lebih maksimal. Terutama, untuk memperbaiki taraf hidupnya.

"Potensi untuk berkembang ke depan jauh lebih besar. Maka kita ingin mengembangkan pesantren agar juga menjadi lembaga sosial dan mengembangkan ekonominya agar menjadi lebih mandiri," tuturnya.

Hal senada disampaikan pula oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad. Bagi Muliaman, pesantren yang jumlahnya begitu banyak di Jawa Timur bahkan bisa menjadi pusat pemberdayaan masyarakat secara keseluruhan. Lewat pendidikan ekonomi dan keuangan syariah di pesantren-pesantren, tutur Muliaman, tujuan pemerintah menjalankan inklusi keuangan pun bisa tercapai.

Bank Indonesia (BI) bertekad mendorong sektor keuangan syariah di Tanah Air. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara, mengungkapkan bahwa bank sentral ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah global.

Menurut Tirta, sektor keuangan syariah di Indonesia memiliki potensi yang besar. Dia menjelaskan, potensi syariah layak dikembangkan lantaran ekonomi keuangan syariah terbukti tahan terhadap gejolak krisis.

"Menurut akademisi, ekonomi keuangan syariah terbukti lebih tahan terhadap gejolak krisis. Hal ini karena pada dasarnya di sektor keuangan syariah itu selalu ada underlying sektor riil-nya. Sehingga, kalau di ekonomi keuangan syariah itu, sektor keuangannya tidak berjalan sendiri," ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional BI, Aida S. Budiman. Aida menuturkan, pemeluk agama Islam di Indonesia berjumlah besar. Indonesia sendiri memiliki 27.500 pesatren dengan sekitar tiga juta santri di yang tengah menuntut ilmu di dalamnya.

"Tujuan kita ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah global dan Surabaya sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah nasional. Kita ingin mengenalkan pada masyarakat bntuk-bentuk kegiatan dan produk keuangan syariah. Kita ingin memperhatikan SDM karena tidak mungkin ekonomi keuangan syariah bisa brkembang tanpa sumber daya yang baik," ujarnya.

Salah satu langkah nyata yang akan ditempuh Bank Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah adalah dengan mengadakan acara tahunan Indonesia Shari’a Economic Festival (ISEF). Acara yang akan diadakan pada 3 sampai 9 November 2014 tersebut diadakan di Surabaya, Jawa Timur.

No comments:

Post a Comment