1. Angela Merkel
Kanselir Jerman ini mendapat nilai tinggi setelah menggunakan kekuatannya untuk menjaga stabilitas dunia. Merkel, yang ada di posisi nomor lima, menggunakan kekuatannya untuk melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah, melanggar era tabu Nazi soal keterlibatan langsung militer Jerman untuk membela negara asing. Merkel juga mencegah ancaman Rusia ke Ukraina untuk menghentikan pasokan gas Eropa ke negara itu. Merkel juga membuat Jerman bertahan dalam kondisi ekonomi yang sedang tidak stabil selama lebih dari setahun. Wanita berusia 60 tahun ini menjadi Kanselir Jerman wanita pertama yang menjabat selama empat periode, termasuk kepala negara dengan jabatan terlama di Uni Eropa.
2. Janet Yellen
Yellen adalah perempuan pertama yang memimpin bank sentral paling berpengaruh di dunia, Federal Reserve. Ia berhasil menyeimbangkan neraca bank dengan pendapatan produk domestik Amerika. Dalam sebuah pertemuan, Yellen yang berada di posisi enam ini memiliki misi untuk memperbaiki ketidaksetaraan pendapatan Amerika.
3. Dilma Rousef
Presiden Brasil ini berada di urutan nomor 31 sebagai most powerfull people versi Forbes. Nama Rousef semakin populer dengan kontroversi dana miliaran dolar untuk Piala Dunia di Brasil tahun ini. Rousef dikritik oleh masyarakat Brasil dan internasional karena dana tersebut tidak digunakan untuk memperbaiki ekonomi dan industri di Brasil. Rousef menjadi salah satu pemimpin negara yang "berani" membahas aksi mata-mata yang dilakukan oleh NSA tahun lalu. Rousef juga menjabat sebagai presiden perempuan pertama di Brasil yang telah berkuasa sejak 2010 dan memperpanjang periodenya setelah memenangkan hasil pemilu tahun ini.
4. Christine Lagarde
Wanita kelahiran Prancis ini berada di urutan ke- 33. Lagarde adalah wanita pertama yang menjalankan organisasi keuangan International Monetary Fund di 188 negara. Selama memimpin, Lagarde menuntut tindakan yang lebih berani dalam mereformasi kebijakan fiskal yang rapuh, investasi di bidang infrastruktur, dan menciptakan lapangan kerja. Lagarde juga dijagokan menjadi calon Presiden Komisi Eropa untuk periode selanjutnya.
5. Park Geun-hye
Park menjadi presiden wanita pertama di Korea Selatan dan menjabat sejak 2013. Nama Park menjadi sorotan setelah tragedi tenggelamnya kapal Sewol yang menewaskan ratusan siswa sebuah sekolah. Park juga aktif mengadakan pertemuan dengan para pemimpin di negara tetangga, termasuk Presiden Cina Xi Jinping untuk membahas masalah Korea Selatan dengan Korea Utara. Park berada di urutan 46 dalam daftar 100 orang paling berpengaruh versi Forbes.
6. Ginni Rometty
Dua tahun menjabat di IBM, Rometty berhasil meningkatkan margin keuntungan perusahaan setelah sepuluh kuartal berturut-turut mengalami penurunan pendapatan. Rometty juga membangun kerja sama dengan Apple dan membuka peluang IBM untuk memperluas saham. Rometty, yang berada di urutan 55 Forbes, juga berencana membangun bisnis komputasi awan untuk IBM agar dapat bersaing dengan Apple, Google, dan Dropbox yang sudah lebih dulu memulai bisnis ini.
7. Mary Barra
Barra menjadi CEO pertama di perusahaan otomotif dengan penjualan terbesar di Amerika Seikat. Menjabat sejak Januari lalu, Barra telah menarik 30 juta mobil yang dikaitkan dengan penyebab kematian 21 orang di Amerika. Dalam sebuah pernyataan, wanita yang berada di urutan 62 ini sedang dalam langkah menaikkan 10 persen keuntungan perusahaan hingga 2016 nanti.
8. Gina Rinehart
Pewaris pertambangan Australia ini adalah ratu perdagangan bijih besi global sekaligus miliarder. Reinhart menjabat sebagai Kepala Eksekutif Hancock Prospecting yang mulai merambah ke bisnis minyak dan gas. Pada Maret lalu, Reinhart membuat kesepakatan dengan perusahaan tambang bijih besi terbesar di dunia, Roy Hill, dengan nilai US$ 7,2 miliar (Rp 87 triliun). Reinhart berada di urutan ke-66.
9. Margaret Chan
Nama Margaret Chan menjad perbincangan media internasional tahun ini. Sebagai Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Chan dikaitkan dengan wabah ebola di Afrika Barat yang telah menewaskan hampir lima ribu orang dalam setahun. Di tengah-tengah masa jabatannya ini, Chan dikritik oleh masyarakat internasional karena dianggap lamban dalam menyelesaikan wabah yang mematikan ini. Berada di urutan ke- 67, Chan mengaku bahwa tim dari WHO memang telah berhati-hati menyikapi ebola.
No comments:
Post a Comment