Demikian disampaikan pengamat ekonomi dan pasar modal Dradjat Wibowo dan Yanuar Rizky, Selasa (26/10). Keduanya juga menilai pemerintah, manajemen KS, dan penjamin pelaksana emisi perlu menjelaskan secara transparan soal alokasi saham perdana KS.
Dradjat Wibowo mengatakan, di tengah kondisi pasar saham yang cukup kondusif dan indeks yang terus menguat, tidak seharusnya harga perdana KS ditetapkan pada batas bawah. Apalagi, belakangan ini arus modal asing yang masuk ke Indonesia cukup besar.
”Belakangan ini saham-saham yang tidak bagus pun diborong investor asing karena kondisi makroekonomi kita cukup baik. Kenapa saham KS yang dikatakan punya prospek cukup cerah dijual murah. Dalam bahasa Jawa, harga Rp 850 itu kebangetan,” kata Dradjat.
Pemerintah melalui Kementerian BUMN menetapkan harga IPO KS Rp 850 per lembar. Harga ini hampir mendekati batas bawah harga indikatif yang ditetapkan di kisaran Rp 800-Rp 1.150 per saham. Menteri BUMN Mustafa Abubakar mengatakan, harga itu tidak tinggi sehingga untuk jangka panjang berpotensi menggairahkan perdagangan saham KS di pasar sekunder.
Yanuar Rizky mengatakan, harga saham perdana KS patut dipertanyakan mengapa ditetapkan mendekati batas bawah, padahal pada masa penawaran awal (book building), saham perdana produsen baja terbesar di Indonesia itu mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak 9 kali. Selain itu, total penawaran investor asing yang masuk saat proses book building mencapai Rp 6 triliun.
”Biasanya, saham-saham perdana yang mengalami kelebihan permintaan cukup besar akan ditetapkan di harga maksimal, paling tidak mendekati harga indikatif tertinggi,” kata Yanuar. Yanuar ataupun Dradjat mengatakan, harga yang ideal untuk saham perdana KS seharusnya minimal Rp 1.000.
No comments:
Post a Comment