Hal itu dikemukakan Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Eddy Sugito di Jakarta, Rabu (6/10). Dia optimistis target perolehan dana Rp 20 triliun tercapai karena saat ini minat investor berinvestasi di pasar saham sangat tinggi.
Menurut Eddy, BEI memiliki 13 calon emiten lagi yang kemungkinan akan melakukan proses penawaran umum saham perdana (IPO) tahun ini.
Saham perdana yang ditawarkan kepada 13 calon emiten itu diperkirakan akan terserap oleh pasar karena tingginya likuiditas di pasar modal dalam negeri.
”Kami sedang memproses rencana IPO 13 perusahaan lagi, tetapi belum tentu semuanya bisa IPO tahun ini. Itu tergantung dari seberapa cepat mereka dapat memenuhi persyaratan yang diajukan BEI serta Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan,” ujar Eddy.
Sejak awal Januari hingga awal Oktober 2010, jumlah emiten baru di BEI sebanyak 13 perusahaan. Kemarin, BEI mendapatkan tambahan satu emiten lagi melalui pencatatan saham yang dilakukan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Michael Tjoajadi, Direktur PT Schroder Investment Management Indonesia—salah satu perusahaan pengelola reksa dana— mengatakan, saat ini pelaku pasar tengah membutuhkan banyak saham.
”Saya yakin saham perdana yang ditawarkan kepada 13 calon emiten akan terserap pasar,” kata Michael.
Keyakinan Michael didasarkan pada dua hal. Pertama, sebanyak 14 emiten yang telah melakukan IPO pada Januari-September menuai sukses. Hal itu tampak dari semua saham perdana 14 emiten itu terserap pasar. Penawaran umum saham perdana dari beberapa emiten itu bahkan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribe) hingga di atas lima kali lipat dari jumlah saham yang ditawarkan.
Faktor kedua yang mengindikasikan bahwa IPO ke-13 calon emiten baru di BEI bakal sukses adalah tingginya likuiditas atau aliran dana di pasar modal Indonesia saat ini, terlebih yang dimiliki investor asing.
Michael mengatakan, saat ini investor asing memiliki likuiditas yang cukup besar karena bank- bank sentral di Amerika Serikat dan Eropa tengah gencar mencetak uang baru. Di sisi lain, perbankan di AS dan Eropa menahan diri menyalurkan kredit dan menghimpun dana pihak ketiga.
Kondisi itu mengakibatkan masyarakat di AS dan Eropa kurang tertarik menabung sehingga kelebihan dana yang dimiliki diinvestasikan ke pasar saham.
No comments:
Post a Comment