Meski demikian, pangsa SBI asing meningkat dari 30,98 persen menjadi 31,5 persen. Saat ini, porsi kepemilikan asing terhadap SBI mencapai Rp 70,87 triliun.
”Sebaliknya, penempatan asing pada Surat Utang Negara (SUN) naik sebesar Rp 3,25 triliun,” kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah di Jakarta, Selasa (19/10).
Dengan bertambahnya penempatan asing pada SUN tersebut, maka pangsa asing SUN naik dari 29,35 persen menjadi 30,12 persen. Jumlah kepemilikan asing terhadap SUN mencapai Rp 189,51 triliun.
Di pasar saham domestik, selama kurun waktu 11-15 Oktober 2010 tercatat jual saham oleh asing Rp 161 miliar, dengan transaksi asing sebesar 29,63 persen dari total transaksi saham.
Laporan perkembangan operasi moneter dan perbankan BI menyebutkan adanya penurunan penempatan dana asing pada aset domestik. Penurunan terbesar terjadi pada SBI.
Perihal nilai tukar rupiah, sebagian investor asing pemilik SBI yang jatuh tempo pada 14 Oktober 2010 membeli dollar AS.
Secara rata-rata harian, investor asing membeli 5 juta dollar AS setelah pekan sebelumnya menjual 647 juta dollar AS.
Laporan BI menyebutkan, terjadi kenaikan kredit perbankan sebesar Rp 950 miliar sepanjang 11-15 Oktober 2010. Dengan demikian, jumlah keseluruhan kredit perbankan menjadi Rp 1.641,31 triliun.
Kenaikan kredit berasal dari naiknya kredit rupiah sebesar Rp 1,41 triliun. Sebaliknya, kredit valas turun Rp 640 miliar.
Ditilik dari pangsanya, kredit rupiah mendominasi, yakni sebesar 86,03 persen dari total kredit. Sisanya, sebesar 13,97 persen, merupakan kredit valas.
Kenaikan kredit rupiah terjadi pada tiga kelompok bank, yaitu bank persero, bank asing, dan bank pembangunan daerah (BPD). Kenaikan tertinggi terjadi di kelompok BPD sebesar Rp 890 miliar. Kredit rupiah pada kelompok bank campuran turun Rp 120 miliar, dan bank swasta turun Rp 100 miliar.
Sementara itu, Ekonom Kepala Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur Pasifik Vikram Nehru mengatakan, tahun ini arus modal asing ke kawasan Asia Timur dan Pasifik melonjak pesat. Hal ini didorong likuiditas global yang melimpah, kecilnya imbal hasil yang ditawarkan industri keuangan negara-negara maju, dan kuatnya kepercayaan investor asing terhadap prospek pertumbuhan Asia Timur.
”Lonjakan modal asing itu telah mendorong harga saham dan real estat di sejumlah negara kawasan Asia Timur,” katanya.
Namun, Vikram mengingatkan, jika aliran modal ke kawasan Asia Timur dan Pasifik terus mengalir, sementara pertumbuhan global masih lemah, maka otoritas keuangan di kawasan ini perlu menyeimbangkan aliran modal dengan pemberian jaminan daya saing, stabilitas sektor keuangan, dan inflasi yang rendah.
Berdasarkan data Bank Dunia, pada Mei 2010, terdapat 5,7 miliar dollar AS modal asing yang keluar dari Indonesia. Namun, sepanjang Juni hingga Agustus 2010, terdapat sekitar 7,3 miliar dollar AS aliran modal asing yang masuk ke Indonesia.
Aliran modal itu masuk melalui pasar saham, SUN, dan SBI. Khusus ke pasar saham, sepanjang Juni-Agustus 2010, aliran modal asing yang masuk ke Indonesia tercatat sebesar 1,3 miliar dollar AS.
Jumlah aliran modal selama tiga bulan itu hampir setara dengan aliran modal asing yang masuk ke pasar saham Indonesia pada tahun 2009, yaitu sebesar 1,5 miliar dollar AS.
Saat ini, ujar Vikram Nehru, pertumbuhan di kawasan Asia Timur dan Pasifik telah mendekati tingkat sebelum krisis 2008. PDB riil di kawasan ini diperkirakan akan meningkat dari 7,3 persen tahun 2009 menjadi 8,9 persen tahun 2010.
No comments:
Post a Comment