Wednesday, October 20, 2010

Surplus Beras Indonesia Belum Aman

Surplus produksi beras nasional saat ini dianggap belum aman. Rawan pangan di Indonesia masih bisa terjadi sehingga diversifikasi pangan harus terus dilakukan. Produksi beras saat ini mencapai 38 juta ton, tetapi konsumsi mencapai 33 juta ton.

Hal itu diungkapkan Menteri Pertanian Suswono, Rabu (20/10) di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), seusai memberikan laporan dalam Hari Pangan Sedunia ke-30.

Menurut Mentan, surplus produksi beras sampai akhir tahun 2010 diperkirakan 5,6 juta ton, hanya cukup mengamankan konsumsi dua bulan.

”Sementara rata-rata konsumsi beras nasional 2,7 juta ton. Bandingkan dengan Thailand yang konsumsi berasnya 10 juta ton, tetapi produksi berasnya dua kali lipat,” katanya.

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengajak semua pihak bersama- sama memerangi kelaparan. Saat ini jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan mencapai sekitar 1 miliar jiwa.

Kelaparan terjadi akibat akses terhadap pangan yang sulit. Selain itu, konsumsi pangan dunia juga terus naik seiring kenaikan jumlah penduduk.

Sedangkan produksi pangan tidak secepat peningkatan jumlah penduduk.

Indonesia sendiri, kata Agung, merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia.

Perlu upaya terpadu

Jumlah penduduk Indonesia mencapai 237 juta jiwa dengan jumlah penduduk miskin 31 juta orang.

Pemenuhan kebutuhan pangan baik global, regional, maupun nasional memerlukan upaya terpadu dan sinergi semua pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.

Tema internasional perayaan HPS ke-30 yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober kali ini adalah United Againts Hunger. Adapun tema di Indonesia adalah Kemandirian Pangan untuk Memerangi Kelaparan.

Gubernur NTB Zainul Majdi mengatakan, era sebelum tahun 1980, Provinsi NTB kekurangan pangan. Namun, setelah ada pengembangan penanaman padi sistem gogo rancah, produksi beras NTB terus meningkat.

Tahun ini, surplus produksi beras di NTB mencapai 600.000 ton. Meski konsumsi karbohidrat yang bersumber dari beras untuk warga NTB sudah cukup, pihaknya ingin konsumsi protein masyarakat NTB juga naik.

Menurut Mentan, percepatan penganekaragaman konsumsi pangan lokal dijalankan sesuai spesifikasi ketersediaan sumber pangan di daerah.

Pemerintah daerah, katanya, diminta mengimplementasikan percepatan diversifikasi konsumsi sesuai potensi pangan lokal.

”Pemerintah pusat sudah mendorong percepatan penganekaragaman konsumsi pangan lokal melalui berbagai kebijakan,” katanya.

Misalnya dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Pangan Lokal.

Kebijakan ini diharapkan mendorong percepatan pencapaian pola pangan harapan yang memenuhi standar dan untuk mengurangi pangan pokok, terutama beras.

”Percepatan konsumsi lokal kita serahkan kepada pemda masing-masing,” katanya.

Mentan mengatakan, penganekaragaman konsumsi pangan lokal harus dipercepat. Kampanye pengurangan konsumsi beras melalui gerakan One Day No Rice dilakukan dalam rangka mendorong penganekaragaman konsumsi

No comments:

Post a Comment