Perubahan pendekatan ini dipandang krusial untuk menyiasati gencarnya kampanye pencitraan negara-negara jiran di Asia. Selama ini Malaysia, Singapura, Thailand, dan India mempromosikan investasi melalui kampanye pencitraan yang komprehensif.
Sedangkan Indonesia masih bergelut dengan keterbatasan anggaran promosi sekaligus pola promosi yang tidak efektif dan efisien.
Terkait hal itu, Kepala BKPM Gita Wirjawan di London, Inggris, Senin-Rabu, 18-20 Oktober, melakukan rangkaian diskusi personal secara maraton dengan beberapa tokoh yang berkapasitas tinggi sebagai pembentuk opini.
Para tokoh yang ditemui Gita antara lain Jim O’Neill, Head of Global Economic Research for Goldman Sachs, dan Martin Wolf, Chief Economist di The Financial Times. Kedua ekonom ini menjadi penasihat Perdana Menteri Inggris.
Selain bertemu dengan para ekonom yang berpengaruh, Gita juga berdiskusi dengan Menteri Luar Negeri Inggris untuk urusan Asia Tenggara, Jeremy Browne, dan anggota Parlemen Inggris, Mark Pritchard.
Diskusi juga dilakukan Gita secara mendalam dengan sejumlah pemilik modal dan pemimpin perusahaan besar di Inggris. Dalam kunjungannya ke Inggris, Gita juga melakukan wawancara eksklusif dengan Bloomberg, The Economist, The Financial Times, CNN, Al Jazeera International, dan koran bisnis Jerman, Handelsblatt.
Para tokoh pembentuk opini yang ditemui Gita ini antara lain dipilih juga berdasarkan rekomendasi perusahaan-perusahaan asing yang telah berinvestasi di Indonesia. Meskipun berasal dari kalangan yang berbeda, para pembentuk opini ini juga saling memengaruhi satu sama lain.
”Banyak pemikir dan CEO perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat, misalnya, sebelum mengambil keputusan berkonsultasi dengan Kongres atau orang-orang yang ada di Washington. Jadi, kita memang perlu memompa opini pada orang-orang yang tepat,” ujar Gita, Selasa malam waktu London.
Dalam setiap pertemuannya dengan para tokoh pembentuk opini itu, Gita menemukan bahwa mereka memiliki pengetahuan sangat minimal atau malah sangat keliru tentang Indonesia. Sebaliknya, semua tokoh itu terekspos kampanye positif yang dilakukan negara-negara tetangga Indonesia di Asia.
No comments:
Post a Comment