Tak usah bingung jika ingin mengetahui sejarah keberadaan kelapa sawit. Sebab, sejak Selasa (26/10), Pusat Penelitian Kelapa Sawit siap melayani keingintahuan soal kelapa sawit lewat 8.636 judul buku tentang kelapa sawit yang disiapkan dalam perpustakaan kelapa sawit.
Perpustakaan kelapa sawit terbesar nasional berlokasi di Medan, Sumatera Utara, ini diresmikan Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (Persero) Teguh Wahyudi dan Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Witjaksana Darmosangkoro, Selasa (26/10). PPKS merupakan lembaga riset kelapa sawit tertua yang juga produsen benih unggul terbesar nasional.
Sejumlah tokoh perkelapasawitan hadir dalam acara sederhana ini. Di antara mereka, Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia Asmar Arsjad dan Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Timbas Prasad Ginting.
Koleksi buku perpustakaan PPKS terbilang lengkap dan sepertiga di antaranya memuat catatan sejarah kelapa sawit di nusantara sejak akhir abad ke-19. Oleh karena itu, PPKS optimistis fasilitas tersebut dapat mendukung perkembangan riset perkelapasawitan nasional.
Teguh mengatakan, PPKS bisa melengkapi terobosan positif itu dengan mengaitkan sistem informasi ke situs perpustakaan atau pusat riset internasional. ”Jadi, upaya sederhana (merenovasi perpustakaan) ini bermanfaat bagi tujuan yang lebih besar. Oleh karena itu, sinergi dengan lembaga penelitian lain juga penting demi efisiensi dan efektivitas riset,” ujar Teguh.
Sejak tahun 2007 Indonesia telah menjadi produsen utama minyak kelapa sawit mentah (CPO) global. Bersama Malaysia, Indonesia memasok 85 persen kebutuhan CPO global.
Namun, penelitian dan pengembangan perkelapasawitan nasional masih tertinggal dari Malaysia. Malaysia sejak tahun 1980 sudah mengoptimalkan penelitian mendorong industri hilir untuk meningkatkan penciptaan nilai tambah CPO.
Dari 7,9 juta hektar perkebunan kelapa sawit, areal yang tertanam baru 5 juta hektar. Produktivitas tanaman kelapa sawit nasional, terutama perkebunan rakyat seluas 3,2 juta hektar, masih rendah.
Perkebunan rakyat baru mampu memproduksi 10-13 ton tandan buah segar (TBS) kelapa sawit per hektar per tahun akibat pupuk yang mahal. Sementara perkebunan swasta dengan manajemen baik dapat mencapai produktivitas 25 ton TBS per hektar per tahun.
Perpustakaan menempati gedung berlantai dua di sayap kanan kompleks PPKS di Jalan Brigjen Katamso, Medan. Koleksi buku terbaru dan hasil penelitian ilmiah berada di lantai dasar, lalu ribuan buku dari akhir tahun 1800 sampai 1900 berada di lantai dua.
Koleksi langka yang memuat nilai sejarah membuat pengelola meningkatkan pengawasan dengan memakai kamera pengintai. Pengelola juga menyediakan jaringan internet bagi pengunjung yang ingin mencari bahan penelitian sesuai kebutuhan.
Kepala Urusan Kerja Sama dan Dukungan Penelitian PPKS Yohannes Samosir menjelaskan, perpustakaan itu direncanakan menjadi acuan pencarian bahan riset oleh pemangku kepentingan. Pengelola juga akan membuat kajian ilmiah berkait isu kelapa sawit terbaru bagi anggota perpustakaan.
”Kami ingin menciptakan pusat informasi perkelapasawitan yang bisa memenuhi kebutuhan banyak orang. Secara bertahap langkah menuju ke sana kami siapkan,” ujar Yohannes
No comments:
Post a Comment