Dengan penyesuaian itu, revitalisasi tambak udang eks Dipasena tersebut ditargetkan tuntas pada akhir tahun 2010. Demikian dikemukakan Vice President Director PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima) Mahar Sembiring kepada Kompas di Jakarta, Rabu (6/10).
Program revitalisasi tambak udang plasma PT AWS merupakan komitmen CP Prima kepada petambak plasma pascaakuisisi aset Dipasena Citra Darmaja tahun 2007.
Revitalisasi itu berupa perbaikan sarana dan prasarana tambak agar petambak plasma bisa memperbaiki produksi.
Revitalisasi tambak plasma PT AWS direncanakan di 16 blok tambak di delapan desa di areal 16.250 hektar. Namun, hingga kini baru 5 dari 16 blok yang direvitalisasi. Jumlah petambak plasma PT AWS 7.000 orang.
Menurut Mahar, penyesuaian pola revitalisasi dilakukan dengan menerapkan polikultur. Dari dua tambak yang dikelola setiap petambak plasma, satu tambak akan diisi dengan udang skala intensif, sedangkan tambak lainnya dikembangkan untuk budidaya nila (tilapia).
Pengubahan pola revitalisasi itu, ujarnya, merupakan bagian dari langkah menangkal serangan penyakit udang yang marak pada tambak-tambak udang skala intensif.
Ditemui di Rawajitu, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, sejumlah petambak plasma PT AWS mengeluhkan berjalannya proses revitalisasi yang tidak sesuai komitmen awal perusahaan kepada petambak.
Padahal, para petambak sangat berharap optimalisasi budidaya udang dapat mengurangi beban utang mereka. Sudarto (55), petambak di Kampung Bumi Dipasena Jaya, mengatakan, penerapan pola baru itu menyebabkan jumlah udang yang ditebar di tambak lebih sedikit, hanya 120.000 ekor dari seharusnya 250.000 ekor per tambak.
Kondisi ini, ujar Sukamto (36), petambak lainnya, menimbulkan kecemburuan sosial di antara petambak plasma yang sudah memperoleh revitalisasi tambak intensif secara penuh dengan petambak yang menerapkan pola baru revitalisasi.
No comments:
Post a Comment