Harapan tersebut dikemukakan Presiden Yudhoyono saat meresmikan sejumlah proyek perhubungan udara dan laut di Trans Studio Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (19/10).
Proyek yang diresmikan tersebut umumnya didanai oleh APBN, mencakup Pelabuhan Penyeberangan Andi Mattalata, Garongkong, Kabupaten Barru, senilai Rp 32 miliar.
Kemudian Pelabuhan Laut Pamatata di Kabupaten Selayar senilai Rp 54 miliar; fasilitas sisi udara II Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar senilai lebih dari Rp 548 miliar; dan Bandara La Galigo, Kabupaten Luwu, senilai Rp 54 miliar.
Pada kesempatan tersebut, Presiden juga meresmikan wahana rekreasi Trans Studio yang dibangun di kawasan Tanjung Bunga oleh kelompok usaha milik Chairul Tanjung dan kelompok usaha Kalla.
Presiden berharap agar jalan, jembatan, dan bandara disinergikan untuk memberikan manfaat ekonomi bagi semua lapisan masyarakat.
Apalagi, potensi pertanian yang relevan dengan ketahanan pangan sangat memadai untuk dikembangkan lebih jauh dengan melibatkan masyarakat dan investor.
Presiden yang didampingi Menteri Perhubungan Freddy Numberi mengingatkan, catatan sejarah menyebutkan bahwa sejak abad ke-16 wilayah Sulsel sudah dikenal sebagai penghasil berbagai komoditas hasil bumi yang dipasarkan antarpulau dan mancanegara.
Bahkan, pada abad ke-19, Pelabuhan Makassar dikenal sebagai bandar niaga terbesar di Asia Tenggara yang menyaingi Singapura. ”Saatnya meraih kembali kejayaan yang tergapai dua abad silam sehingga daerah ini benar-benar menjadi gerbang ekonomi Kawasan Timur Indonesia,” katanya.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi di wilayahnya saat ini 9,2 persen per tahun.
Dia menyebutkan, saat ini Sulawesi Selatan memiliki surplus beras 2 juta ton. Selama Januari-Oktober 2010, produksi jagung 1,64 juta ton dan sapi potong 791.000 ekor
No comments:
Post a Comment