Thursday, November 6, 2014

Ambisi Presiden Jokowi Untuk Jadikan Indonesia Produsen Kakao Terbesar Di Dunia

Presiden Joko Widodo melihat potensi Indonesia sebagai penghasil kakao sangat besar saat berkunjung ke Desa Saletto, Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (6/11/2014) siang. Jokowi bahkan menilai Indonesia bisa mengalahkan Ghana dan Pantai Gading.

"Ada ruang untuk berkembang lebih besar lagi agar Indonesia sekarang tidak pada nomor tiga tapi nomor 1. Dalam 3 tahun, kita bisa produksi kakao nomor 1 di dunia mengalahkan Pantai Gading dan Ghana. Targetnya itu," ujar Jokowi saat berdialog dengan petani kakao.

Jokowi mengungkapkan pemerintah pusat bertanggung jawab menggenjot produksi dari sektor kakao ini. Pasalnya, anggaran untuk peremajaan perkebunan kakao mencapai Rp 1,2 triliun. "Kami targetkan dalam 3-4 tahun ini target bisa dikejar. Semua akan dilakukan secepat-cepatnya mulai tahun ini," ungkap dia.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyatakan, mulai tahun depan anggaran pertanian akan diarahkan ke kakao. Oleh karena itu, dia meminta agar para petani kakao bisa bekerja keras.

"Petani harus kerja keras, memelihara dan membeli pupuk itu tugas petani. Kami ingin mendorong agar industri cokelat di Sulawesi Barat ini bisa maju," imbuh dia. Indonesia ditargetkan akan menjadi produsen pengolahan (grinding) kakao terbesar dunia pada 2015 dengan produksi 600.000 ton per tahun. 

"Indonesia akan melewati Ghana dan Pantai Gading," kata Wakil Menteri Perindustrian Alex SW Retraubun saat Konferensi Kakao Internasional Indonesia Keenam, di Nusa Dua, Bali, Jumat (16/5/2014) malam.

Alex mengatakan, target kapasitas produksi kakao Indonesia tahun 2015 itu jauh lebih besar dibanding tahun 2010 yang hanya 150.000 ton. "Ini artinya dalam waktu lima tahun kapasitas griding kakao di Indonesia naik 300 persen," katanya.

Pada 2013, produksi griding kakao Indonesia sekitar 500.000 ton. Alex mengatakan, industri kakao Indonesia berkembang karena adanya dukungan pemerintah. Salah satunya adalah pengenaan bea keluar (ekspor) biji kakao sejak 2010.

"Ini bukti bahwa pajak ekspor biji coklat telah efektif dan sukses mengembangkan industri kakao di Indonesia," katanya.  Kebijakan ini telah membuat perusahaan makanan dan minuman multinasional melakukan ekspansi usaha.

Ia mengatakan, target tahun 2015 tersebut sangat mungkin tercapai karena adanya sinergi yang bagus antar instansi pemerintah.  Apalagi saat ini, kata Alex, kakao telah menjadi komoditas utama di sektor perkebunan Indonesia selain kelapa sawit dan karet. Pada 2013, kakao memberikan kontribusi 1,1 miliar dollar AS bagi pendapatan Indonesia.

No comments:

Post a Comment