Tony mengatakan ada dua sebab rupiah bisa menguat. Penyebab pertama adalah intervensi yang dilakukan Bank Indonesia. Bank Indonesia dikabarkan mengucurkan dana hingga Rp 1,7 triliun untuk membeli obligasi dan aset lain sehingga rupiah bisa kembali pulih.
Penyebab kedua adalah aksi ambil untung investor terhadap dolar setelah suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed Rate) batal naik. Tony mengatakan pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen, yang menyebutkan tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga berdampak negatif terhadap dolar.
The Fed yang tetap menggantungkan kebijakan moneternya pada perubahan signifikan data-data fundamental ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan inflasi, membuat kenaikan bunga paling mungkin terjadi pada pertengahan 2015. “Jika inflasi Amerika di level 1,2-1,3 persen dan tingkat pengangguran 5,9-6 persen, kenaikan Fed’s Rate tidak akan terjadi dalam waktu dekat,” kata Tony.
Penyebab ketiga adalah penyusutan permintaan dolar di dalam negeri. Kepastian sikap The Fed yang tak mengubah suku bunga acuannya membuat investor mengurangi kebutuhannya atas dolar. “Ketika suplai dolar di pasar domestik meningkat karena intervensi BI, permintaan akan dolar justru menyusut,” kata Tony.
Tony pun optimistis, kurs rupiah bakal terus menguat hingga ke level 12.300 pada pekan ini. Berakhirnya spekulasi suku bunga The Fed yang menjadi sentimen utama penekan rupiah selama sepekan terakhir membuat peluang penguatan rupiah diyakini akan tetap berlanjut.
Ekonom BNI Securities Heru Irvansyah mengatakan tekanan rupiah yang cenderung berkurang menjadi penyebab rupiah terus menguat. Setelah berakhirnya spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dan menyurutnya kebutuhan dolar korporasi menjelang akhir tahun membuat permintaan mata uang greenback menjadi berkurang.
“Tekanan terhadap rupiah berkurang, setelah masa-masa kebutuhan operasional korporasi untuk pembayaran utang luar negeri dan bonus ekspatriat terlewati,” ujarnya. Menurut Heru, kepastian sikap The Fed yang belum menaikkan suku bunga The Fed (Fed’s rate) berhasil mengurangi kekhawatiran investor atas prospek investasi di pasar berkembang dalam jangka pendek. Hal itu pun spontan menyebabkan aksi beli dolar sebagai portofolio safe havenmenjadi berkurang.
Sebagaimana diketahui, sepekan lalu, rupiah memang sempat mendekati level 13.000 per dolar. Sentimen dari The Fed yang bersamaan dengan kebutuhan operasional perusahaan dalam negeri, serta aksi penarikan dolar oleh negara-negara eksportir minyak, membuat sebagian nilai tukar mata uang regional anjlok terhadap dolar.
No comments:
Post a Comment