Ketua Asosiasi Pengusaha Roti asal Jerman, Peter Becker, menyatakan Indonesia harus banyak ikut pameran roti internasional jika ingin meningkatkan industri roti dalam negeri. Menurut Becker, pameran internasional adalah kesempatan emas para pengusaha untuk mengambil ilmu sebanyak-banyaknya.
"Para pengusaha dapat mencari rekanan baru, pemasok baru, atau sekedar 'mencuri' resep roti-roti ternama pada pameran roti internasional," kata Becker di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis, 23 Oktober 2014. Ia mengungkap itu seusai pemaparan festival roti internasional yang akan diadakan di Munich pada September 2015.
Menurut Becker, Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan pasar industri roti secara global. Sebab itu, para pengusaha roti harus rajin membawa produk-produk roti Indonesia untuk diperkenalkan ke dunia. "Indonesia punya kekayaan rasa makanan yang luar biasa. Kue-kue lokalnya pun sangat beragam," kata Becker.
Becker menambahkan, pameran internasional juga dapat dijadikan ajang 'culik' tukang roti yang muncul di sana. Sekadar contoh, perusahaannya pernah mendatangkan tukang pembuat tortilla yang ditemui saat ada pameran roti internasional di Meksiko. Tukang tortilla itu dia boyong ke Jerman untuk mengajari tukang rotinya ihwal cara membuat tortilla. Hasilnya, tukang-tukang roti yang bekerja dengannya memiliki satu keahlian lagi, yaitu membuat tortilla dengan mempertahankan rasa aslinya.
Selain itu, melalui pameran internasional, para pengusaha roti juga bisa saling tukar pengalaman terkait dengan pengadaan bahan baku pembuatan roti. Dia mencontohkan kondisi Indonesia yang masih harus bergantung pada Australia untuk impor gandum. Dalam masalah ini, ada banyak pengusaha roti dari berbagai negara yang dengan senang hati menceritakan pengalaman bisnis mereka. "Pengusaha roti Indonesia dapat cari ilmunya tentang bagaimana mencampur dan budi daya gandum sendiri dari cerita mereka," kata Becker.
Becker berharap Indonesia tak terkungkung dalam kawasan pasar yang kecil, seperti Asia Tenggara atau Asia. "Sudah saatnya Indonesia ekspansi bisnis roti ke area yang lebih luas lagi," kata Becker.
Ketua Asosiasi Pengusaha Bakery Indonesia, Chris Hardijaya, mengungkapkan industri roti Indonesia saat ini masih kekurangan tenaga ahli. Sebab, tenaga ahli pembuat roti kini lebih memilih bekerja di hotel bintang lima ketimbang di pabrik roti. "Bekerja di hotel dirasa lebih punya prestise ketimbang jadi tukang roti di pabrik," kata Chris di Hotel Shangri-La Jakarta, Kamis, 23 Oktober 2014.
Akibatnya, industri roti banyak diisi oleh tenaga kerja yang hanya belajar otodidak tanpa ikut kelas profesional lebih dulu. Walhasil, produktivitas pengusaha roti pun menjadi rendah dan berdampak bagi kelangsungan industri. Padahal, menurut Chris, industri roti dalam negeri membutuhkan tenaga ahli yang dapat memberi inovasi baru bagi produksi roti Indonesia.
Chris menjelaskan, industri roti merupakan industri padat karya yang sistem pengupahannya berbeda dengan ketetapan pemerintah. "Kami yang menentukan sendiri upah mereka berdasarkan keahlian,"
No comments:
Post a Comment