Tuesday, December 30, 2014

Strategi Bisnis Garuda Dalam Hadapi Tren Penurunan Laba Perusahaan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan mengurangi kursi kelas bisnis dari 12 kursi menjadi delapan kursi sebagai upaya penurunan biaya operasional perseroan agar bisa tumbuh lebih optimal pada 2015.

Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo dalam jumpa pers di Cengkareng, Tangerang, Senin, mengatakan pengurangan jumlah kursi kelas bisnis bertujuan agar perseroan punya daya tahan dan daya saing terhadap persaingan pasar yang ketat, termasuk dengan "low cost carrier" (LCC/maskapai penerbangan berbiaya rendah).

"Kami memulainya dengan rekonfigurasi kompartemen yaitu mengurangi kursi kelas bisnis dari 12 menjadi delapan kursi," katanya. Dengan mengurangi jumlah kursi kelas bisnis dari 12 unit menjadi delapan unit, perseroan diyakini bisa menyerap pasar yang lebih besar sekitar 15 - 20 persen karena akan terjadi peningkatan kapasitas kelas ekonomi.

"Dengan menurunkan cost per seat, kami punya peluang lebih untuk bisa bersaing dengan maskapai lain dengan kapasitas besar," ujarnya.  Mantan CEO Citilink itu menambahkan keputusan untuk mengurangi kursi kelas bisnis dilakukan sesuai hasil analisa perseroan.

Pasalnya, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, tingkat isian kelas bisnis hanya berkisar 40 -- 50 persen saja.  "Bahkan terakhir karena ada imbauan (pejabat pemerintahan dilarang gunakan penerbangan kelas bisnis) itu sempat jatuh hingga 30 persen tingkat isiannya," katanya.

Oleh karena itu, Arif mengatakan strategi bisnis ke depan adalah dengan memperbesar kapasitas kelas ekonomi dengan tetap memaksimalkan kelas bisnis. "Ke depan kami harus turunkan cost per seat untuk bisa bersaing. Makanya kami memilih untuk membesarkan kapasitas ekonomi, tapi kelas bisnis tetap bisa kami maksimalkan," katanya.

Arif mengatakan pengurangan kursi kelas bisnis akan dilakukan secara bertahap mulai 2015 seiring dengan jadwal pemeliharaan (maintenance). "Di tahap awal ada 24 pesawat yang kompatemennya dikurangi, khusus untuk tipe Boeing 737-800NG," katanya.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tidak akan merekrut karyawan pada 2015 meski mendapat 15 pesawat baru pada tahun depan. Hal tersebut dilakukan dalam rangka penurunan biaya produksi selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung sebesar 10 persen. "Kami fokus memotong biaya yang tidak punya nilai tambah serta menurunkan rasio pesawat dengan awak," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo dalam jumpa pers di Garuda City Center Cengkareng, Tangerang, Senin.

Dengan tidak melakukan rekrutmen karyawan pada 2015, Arif mengaku perusahaan akan bisa menurunkan rasio pesawat dan karyawan yang saat ini 1:60 menjadi 1:50 setelah penambahan armada. Perseroan juga melakukan upaya efisiensi lain seperti restrukturisasi jaringan penerbangan (rute) serta menurunkan biaya operasional (unit cost/seat).

Restrukturisasi jaringan penerbangan dilakukan dengan mengalihkan rute yang dinilai merugi ke rute lain yang lebih potensial, diantaranya Tiongkok dan Timur Tengah.  Ada pun penurunan biaya operasional diantaranya dilakukan dengan penyesuaian jumlah kursi di kelas bisnis pada tipe pesawat Boeing 737-800NG dari 12 kursi menjadi delapan kursi.

Penyesuaian jumlah kursi di kelas bisnis dinilai mampu meningkatkan kapasitas kelas ekonomi atau menyerap pasar lebih besar hingga 15 - 20 persen.  "Dari 15 pesawat yang datang itu, ada beberapa yang sudah dimodifikasi tanpa kompartemen kelas bisnis," katanya.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengurangi sejumlah rute penerbangan internasional dan mengalihkannya ke perjalanan yang lebih potensial sebagai upaya restrukturisasi jaringan yang dilakukan pada 2015 demi pertumbuhan perseroan yang lebih baik.

"Tahun 2015 adalah tahun konsolidasi kami untuk bisa rebound (naik setelah mengalami tren penurunan, red) dengan pertumbuhan yang lebih baik. Maka jaringan penerbangan yang kita punya akan direstruktur di 20 rute utama," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Arif Wibowo dalam jumpa pers di Garuda City Center Cengkareng, Tangerang, Senin.

Menurut mantan CEO Citilink itu, ada sejumlah rute yang mengalami restrukturisasi karena dinilai merugi secara ekonomi seperti Jakarta -- Haneda (PP) dan Denpasar -- Haneda (PP) yang dikurangi frekuensinya menjadi masing-masing satu kali sehari.

Rute lain yang juga tengah dipertimbangkan adalah Denpasar -- Brisbane (PP), Jakarta -- Hongkong (PP) dan Jakarta -- Kanton (PP). "Rute Jakarta -- Nagoya yang rencananya akan kami buka juga kami tunda karena pasar Nagoya masih bisa dilayani oleh rute Osaka," katanya. Arif menambahkan, restrukturisasi rute penerbangan dilakukan untuk mengalihkan penerbangan yang merugi ke rute yang lebih potensial seperti daratan Tiongkok dan Timur Tengah.

Misalnya mengalihkan rute Jakarta -- Kanton ke Denpasar atau Shanghai -- Denpasar dari Jakarta. "Di daratan Tiongkok masih banyak yang bisa dieksplor terutama rute-rute wisata. Kami juga ingin perkuat pasar berbasis umroh di Timur Tengah. Ini bisa menopang pasar penumpang kelas menengah dan jadi salah satu penopang jaringan Garuda pada 2015," ujarnya.

Menurut Arif, restrukturisasi jaringan penerbangan akan membuat perseroan lebih ringkas dan sehat agar pada 2015 perusahaan berkode saham GIAA itu bisa tumbuh lebih baik setelah mengalami tren penurunan karena terus merugi. Restrukturisasi jaringan penerbangan dengan memprioritaskan rute ke daratan Tiongkok juga dinilai tepat atas dasar pertimbangan makro ekonomi.

"Apa yang kami lakukan sudah cukup karena ada pertimbangan ekonomi makro yang besar pula. Tekanan dolar AS juga mempengaruhi negara lain seperti Jepang, makanya kami ambil keputusan ini," katanya.

No comments:

Post a Comment