Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, usaha tanaman lada relatif lebih menguntungkan jika dibanding dengan karet dan kelapa sawit.
"Rata-rata biaya produksi usaha perkebunan lada per tahun per hektare Rp22,4 juta (57,30 persen dari total produksi), karet Rp9,1 juta (80,10 persen dari total biaya produksi) dan kelapa sawit sebesar Rp6,6 juta (77,57 persen dari total biaya produksi,). Dari hasil survei tersebut perkebunan lada relatif lebih menguntungkan dibanding kedua komoditas lainnya," kata Kepala BPS Babel, Herum Fajarwati di Pangkalpinang, Kamis.
Ia mengatakan, biaya produksi lada yang paling besar yaitu pengeluaran untuk upah tenaga kerja sebesar 54,43 persen dengan jenis kegiatan terbesar saat proses panen yang mencapai 18 persen dari seluruh total biaya produksi.
"Jenis kegiatan bercocok tanam lada memiliki pola struktur rata-rata biaya yang sedikit dibanding karet dan kelapa sawit. Biaya yang cukup besar yaitu untuk benih sebesar 8,17 persen," ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, biaya produksi karet dengan total pengeluaran terbesar untuk upah kerja sebesar 67,25 persen, kegiatan terbesar saat panen yang mencapai 57,61 persen.
"Untuk kelapa sawit biaya pupuk dan pestisida cukup kecil yaitu sebesar 3,85 persen dan 0,87 persen, hal itu karena perawatan tanaman karet yang siap panen tidak memerlukan pupuk dan pestisida," katanya.
Kemudian biaya produksi kelapa sawit pengeluaran terbesar untuk upah tenaga kerja sebesar 40,17 persen kegiatan terbesar saat panen yang mencapai 21,25 persen dari seluruh total biaya produksi.
"Selain untuk upah kerja biaya produksi yang relatif besar yaitu untuk pupuk sebesar 27,76 persen, sewa lahan 15,47 persen, pestisida 3,89 persen dan benih 2,38 persen," ujarnya.
No comments:
Post a Comment