Sunday, December 28, 2014

Saham AirAsia Jatuh Setelah Pesawat QZ8501 Hilang

Saham AirAsia, pada pukul 11.31 waktu Kuala Lumpur, turun sekitar 13 persen menjadi RM 2,56 per lembar saham atau mencapai titik terendah sejak 28 November lalu. Padahal sebelumnya, saham AirAsia sempat naik sekitar 21,4 persen sejak awal tahun lalu.

Penurunan saham AirAsia terjadi setelah salah satu pesawat maskapai tersebut dinyatakan hilang. Pesawat AirAsia QZ8501 jurusan Surabaya-Singapura hilang kontak sejak pukul 06.15 WIB, Ahad, 28 Desember lalu. Pesawat AirAsia yang membawa 155 penumpang dan tujuh kru itu dinyatakan hilang di sekitar perairan Kalimantan dan Bangka Belitung. Upaya pencarian pesawat telah dilakukan sejak kemarin sampai hari ini dan direncanakan akan berlangsung selama tujuh hari.

Sejumlah analis memperkirakan insiden itu bakal menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah pelancong dalam menggunakan moda Grup AirAsia. Hal itu yang mempengaruhi nilai saham dalam perdagangan di bursa hari ini. Salah satu analis dari Hong Leong Investment Bank, Daniel Wong, memperkirakan yields bisa bertahan setidaknya hingga tahun depan. "Namun saya lebih cenderung memprediksi penurunan yields bisa sampai 5 persen," ujarnya.

Sementara itu, analis dari AmResearch, Hafriz Hezry, memprediksi saham maskapai penerbangan ini bakal pulih dalam beberapa hari ke depan. Pulihnya saham ini karena dampak reaksi pasar akan pemberitaan kehilangan pesawat sudah mulai pudar.

Sebanyak 49 persen saham Indonesia AirAsia dimiliki Malaysia AirAsia, sementara sisanya dipegang investor lokal. Grup AirAsia merupakan gabungan dari Thailand, Filipina, dan India. Selain itu, berdasarkan catatan, Grup AirAsia tidak memiliki catatan kecelakaan sejak beroperasi pada 2002.

Pesawat Air Asia QZ8501 hilang dari pantauan radar otoritas penerbangan Indonesia, Ahad pagi, 28 Desember 2014. Pesawat jurusan Surabaya-Singapura berpenumpang 155 orang dan 7 awak ini, terakhir kali terekam berada di atas perairan Belitung pada pukul 06.16.

Sejumlah pakar penerbangan memberi pandangan soal penyebab pesawat jenis Airbus A320 yang menghilang dari radar layar. berikut teori mengenai kemungkinan dalam hilangnya QZ8501, seperti yang dilansir SkyNews, Ahad, 28 Desember 2014.

1. Kegagalan Teknis
A320 memiliki catatan keamanan yang sangat baik, dengan mengalami 26 insiden sejak pertama kali dioperasikan pada 1988. Menurut pilot dan pakar penerbangan Gideon Ewers, semua insiden disebabkan oleh faktor-faktor lain ketimbang masalah dengan pesawat.

Kasus gangguan terhadap A320 yang paling terkenal adalah serangan burung di pesawat US Airlines milik maskapai penerbangan Amerika Serikat yang dipaksa mendarat di Sungai Hudson, New York, 2009. Sekitar 155 penumpang selamat saat pesawat tersebut perlahan-lahan tenggelam di Sungai Hudson.

Adapun Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo mengatakan bahan bakar QZ8501 hanya cukup menempuh perjalanan selama empat jam. "Paling lama empat setengah jam," kata Djoko Murjatmodjo, Ahad, 28 Desember 2014.

Dengan kondisi demikian, pesawat diperkirakan akan kehabisan bahan bakar pada Ahad, 28 Desember 2014, pukul 10.00, jika terus terbang setelah pesawat dinyatakan hilang dari radar. Pesawat Air Asia rute Surabaya-Singapura diperkirakan mendarat 07.57. "Jika lost contact masih terbang, artinya saat ini sudah habis," kata Djoko.

2. Dihantam Badai
Kapten pilot Irianto terekam radar meminta izin kepada menara kontrol untuk menaikkan ketinggian, sebelum pesawat hilang dari radar untuk menghidari cuaca buruk. Menurut pakar penerbangan kapten Mike Vivian, badai bisa bergulung di ketinggian ribuan kaki dan awan petir bisa menyebabkan kerusakan serius pada pesawat.

Namun, kata Vivian, kondisi cuaca yang berubah-ubah dan aneh di sebuah kawasan tertentu biasanya sudah diantisipasi para pilot berpengalaman. Vivian mengatakan sebuah keanehan pada peristiwa cuaca yang berubah tiba-tiba dapat menyebabkan pesawat hilang dari kontak.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Perhubungan Udara Djoko Murjatmodjo mengaku Air Asia QZ8501 terakhir melapor ke menara kontrol untuk bergeser ke kiri dan menaikkan ketinggian dari 32 ke 38 ribu kaki. Saat itu pilot Irianto mengaku ingin menghindari awan cumolonimbus.

"Untuk yang bergeser ke kiri sudah disetujui, tapi yang minta ke atas tak disetujui karena masih ada pesawat di atas, masih padat," kata Djoko. Data cuaca di wilayah udara, kata Djoko, memang tak bagus. "Banyak awan cumolonimbus," kata Djoko. Namun saat berangkat data cuaca di Surabaya cerah.

Dari pantauan flightradar24, saat itu di sekitar pesawat Air Asia QZ8501 yang hilang kontak, setidaknya terdapat dua pesawat terdekat. Satu pesawat Air Asia QZ502 Jurusan Denpasar-Singapura yang berangkat dari Denpasar pukul 06.18. Pesawat lainnya adalah Air Bus A320-233 maskapai Silk Air.

3. Terhambat Gumpalan Es
Pesawat itu bisa saja terbang ke dalam gumpalan es yang kemungkinan menyebabkan pesawat itu "terlontar dari langit", menurut Ray Karam Singh, pilot yang akrab dengan rute di atas Laut Jawa.  Dia mengatakan pilot Air Asia QZ8501 bisa saja mencoba terbang keluar dari kondisi tersebut dengan naik lebih tinggi, namun bisa saja malah bermasalah lebih lanjut dengan situasi itu. Singh menambahkan, es adalah penyebab paling mungkin daripada serangan badai.

4. Kesalahan Pilot
Irianto, pilot Indonesia yang memimpin penerbangan yang hilang, memiliki pengalaman 20 ribu jam terbang. Menurut bos Air Asia Tony Fernandes, Tujuh ribu jam penerbangan itu dilalui bersama Air Asia. Dia terbiasa menerbangi pesawat untuk rute jarak pendek dan sangat berpengalaman, menurut pakar penerbangan kepada SkyNews.

5. Aksi Disengaja
Pilot pesawat Air Asia ini menjaga komunikasi dengan menara kontrol sampai menit terakhir. Menurut David Learmount, editor laman Flight Global, mantra para pilot adalah terbang, memandu, dan berkomunikasi. Ada hal yang mengganggu sehingga mereka tidak dapat berbicara dengan menara kontrol.

Learmount mengatakan ada sesuatu hal yang mengalihkan perhatian pilot, sehingga mereka tidak dapat terus berbicara dalam jangka waktu yang lama dengan menara kontrol. "Kita tidak tahu apa yang terjadi pada saat itu, dan jika pesawat tidak muncul, berarti ada sebuah tindakan yang disengaja." Kepada SkyNews, kejadian tersebut biasa terjadi dalam peristiwa yang menjadi target teroris. Situasi di dalam kabin menunjukkan kelompok tertentu ingin bertanggung jawab dan sangat ingin mengklaim sebuah "kemenangan".

Seorang pilot asal Indonesia yang tidak bersedia mengaku adanya isu pembajakan di kalangan penerbang. Dugaan tersebut muncul karena tidak ditemukannya tanda-tanda kecelakaan, termasuk radar yang tidak menangkap sinyal Emergency Locator Transmitter. ELT adalah alat yang mengirimkan sinyal apabila pesawat mengalami kecelakaan.

"Alat itu berbunyi mengalami benturan keras atau pendaratan darurat. Kalau alat itu tidak berbunyi, kami belum dapat menyimpulkan apa-apa," kata Kepala Badan SAR Nasional Jawa Timur Sutrisno, Ahad, 28 Desember 2014. Namun Sutrisno enggan berspekulasi ihwal dugaan adanya isu pembajakan itu

No comments:

Post a Comment