Citibank N.A, Indonesia (Citi Indonesia) membukukan laba bersih Rp633 miliar sepanjang kuartal I 2016, naik Rp66 miliar atau 12 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp567 miliar. Menilik laporan keuangan perseroan, pertumbuhan laba ditopang oleh pendapatan bunga yang meningkat 17,3 persen, yaitu dari Rp1,11 triliun kuartal I 2015 menjadi sebesar Rp1,30 triliun. Di sisi lain, beban operasional selain bunga bersih melorot 29,7 persen menjadi hanya Rp175,05 miliar dari sebelumnya Rp249,09 miliar.
Artinya, perseroan yang berbasis di Amerika Serikat tersebut berhasil meningkatkan efisiensinya sekaligus juga memperbaiki kualitas kreditnya di sepanjang tiga bulan pertama tahun ini. Sepanjang Januari - Maret 2016, kualitas kredit Citi Indonesia yang tercermin dari rasio kredit macet atau nonperforming loan/NPL mengalami perbaikan, yakni dari 1,32 persen (nett) menjadi 1,15 persen.
“Kualitas aset kami meningkat, sehingga rasio NPL net menjadi 1,15 persen. Beban cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) juga membaik 25 persen menjadi Rp131 miliar,” ujar Batara Sianturi, Direktur Utama Citi Indonesia, Senin (2/5). Menurut Batara, untuk mempertahankan kinerja baik ini manajemen akan konsisten menerapkan strategi untuk menjadi bank berskala global dan mengusung konsep simpler, smaller, safer dan stronger.
Dari sisi kredit, Citi Indonesia membukukan kredit sebesar Rp37,47 triliun. Realisasi ini turun tipis 3,29 persen jika dibandingkan dengan kuartal I 2015 yang mencapai Rp38,75 triliun. Perlambatan pertumbuhan kredit ini tidak terlepas dari prinsip kehati-hatian yang diemban manajemen dalam memberikan kredit. Harap maklum, ancaman kredit bermasalah menghantui industri perbankan sejak tahun lalu.
Adapun, dana pihak ketiga (DPK) Citi Indonesia meningkat 4 persen menjadi Rp 51,2 triliun hingga 31 Maret 2016. Rasio dana murah mendominasi sebesar 71 persen dan sisanya ditempatkan di deposito. “Kami akan terus mendukung perekonomian Indonesia dengan menyalurkan dana sesuai program prioritas pemerintah, seperti sektor infrastruktur, usaha produktif lainnya yang mendukung peningkatan ekspor serta peningkatan kredit ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM),” pungkasnya.
No comments:
Post a Comment