Tuesday, May 3, 2016

Johnson & Johnson Kembali Di Denda Karena Bedak Bayinya Disebut Memicu Kanker

Pengadilan di Amerika Serikat kembali menghukum perusahaan farmasi Johnson & Johnson (J&J). Kali ini didenda US$ 55 juta atau sekitar Rp 724 miliar, karena bedak bayinya disebut memicu kanker.

Denda tersebut dijatuhkan sebagai ganti rugi bagi Gloria Ristesund, seorang pengguna produk bedak talc J&J termasuk Baby Powder dan Shower to Shower. Selama puluhan tahun, produk-produk tersebut dipakai Ristesund di area genital. Belakangan, Ristesund didiagnosis mengidap kanker ovarium. Ia juga harus menjalani hysterectomy atau operasi pengangkatan rahim karenanya. Kankernya sendiri sekarang dalam status remisi, yakni membaik setelah operasi.

Juru bicara J&J, Carol Goodrich mengatakan putusan pengadilan bertentangan dengan hasil penelitian selama 30 tahun yang menyimpulkan bahwa penggunaan talc dalam produknya adalah aman. Dikutip dari Reuters, Selasa (3/5/2016), perusahaan ini berniat akan mengajukan banding dan bersikeras bahwa produknya aman.

Bagi J&J, ini adalah kali kedua menghadapi vonis serupa. Dalam persidangan sebelumnya, perusahaan ini juga kalah dan harus membayar Rp 965,5 miliar pada ahli waris salah seorang perempuan yang menggunakan produknya. Perempuan bernama Jackie Fox tersebut meninggal akibat kanker ovarium pada Oktober 2015.

Perusahaan farmasi Johnson & Johnson diharuskan membayar ganti rugi US$ 72 juta (sekitar Rp 965,5 miliar). Bedak bayi buatannya dikaitkan dengan kematian seorang perempuan akibat kanker ovarium. Pengadilan di St Louis, Missouri mengatakan perusahaan tersebut gagal memperingatkan pelanggan terkait adanya potensi bahaya. Sementara, American Cancer Society pada 1999 sudah memberikan perhatian pada bahaya tersebut.

Jackie Fox (62), seorang perempuan asal Alabama yang mengajukan tuntutan dan akhirnya menang tersebut adalah pengguna setia Baby Powder dan Shower to Shower selama 35 tahun. Hingga akhirnya 3 tahun silam ia mendapat diagnosis kanker ovarium, dan meninggal pada Oktober 2015. Selain Fox, tercatat ada sekitar 1.000 pengguna bedak bayi Johnson & Johnson lainnya yang mengajukan gugatan ke pengadilan Missouri. Sebanyak 200 kasus serupa juga diajukan di New Jersey.

"Johnson & Johnson tahu risiko tersebut sejak 1980-an," tuding Jere Beasley, pengacara keluarga Fox seperti dikutip dari Reuters, Rabu (24/2/2016). Seorang juru bicara Johnson & Johnson, Carol Goodrich mengatakan sangat bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan konsumen. "Kami sangat kecewa dengan hasil sidang. Kami bersimpati pada keluarga korban, tapi yakin bahwa keamanan kosmetik berbahan talk didukung selama puluhan tahun oleh bukti ilmiah," katanya.

Kedua produk yang digunakan Fox merupakan produk perawatan tubuh berbasis talk atau talcum. Dalam bentuk aslinya, talk mengandung asbestos yang memang bersifat karsinogenik. Sejak 1973, semua produk talk yang dijual di AS sudah diharuskan bebas asbestos. Masalahnya, talk yang sudah bebas asbestos dikhawatirkan masih bersifat karsinogenik.

Hasil penelitian sejak saat itu belum membuahkan hasil yang konsisten. Hingga akhirnya, International Agency for Research on Cancer (IARC) menempatkan talk yang diaplikasikan di area genital, dalam kategori 'mungkin karsinogen' pada manusia

Perusahaan farmasi Johnson & Johnson (J&J) didenda nyaris Rp 1 miliar terkait kematian seorang perempuan akibat kanker ovarium. Benarkah bedak bayi memicu kanker ovarium? Perempuan yang dimaksud adalah Jackie Fox (62), yang menggunakan Baby Powder dan Shower to Shower buatan J&J untuk menjaga kebersihan organ kewanitaannya selama 35 tahun. Tiga tahun lalu, ia didiagnosis mengidap kanker ovarium dan meninggal pada Oktober 2015.

Kedua produk yang digunakan Fox menggunakan bahan dasar berupa talk (talc atau talcum). Bahan tersebut merupakan sejenis mineral dengan rumus kimia Mg3Si4O10(OH)2, bertekstur lembut dan mampu menyerap kelembaban. Bahan yang sama juga digunakan dalam berbagai jenis produk kosmetik. Dalam bentuk aslinya, talk sering bercampur dengan mineral lain. Salah satunya adalah asbestos, yang memang dikenal sebagai karsinogenik atau pemicu kanker. Bila terhirup, bisa juga memicu asbestosis pada paru-paru.

Sejak tahun 1970-an, penggunaan talk yang masih mengandung asbestos dalam produk-produk untuk manusia sudah dilarang dengan alasan kesehatan. Namun, berbagai penelitian belum memberikan hasil yang konsisten soal hubungan talk dengan kanker, meski kandungan asbestos sudah dihilangkan.

"Penelitian pada pemakaian personal bedak talk memberikan hasil beragam, meski ada petunjuk adanya kemungkinan peningkatan risiko pada kanker ovarium," kata American Cancer Society dalam situsnya, dikutip pada Kamis (25/2/2016). International Agency for Research on Cancer (IARC), sebuah badan di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pemakaian bedak talk pada area genital 'possibly carcinogenic to humans'. Pengelompokan ini didasari oleh penelitian pada manusia yang masih terbatas.

Sementara hubungan talk dengan kanker ovarium masih diperdebatkan, American Cancer Society menyebut alternatif lain pengganti mineral tersebut yakni tepung jagung. Nama lain untuk tepung jagung adalahcornstarch. "Untuk saat ini tidak ada bukti yang mengaitkan tepung jagung dengan jenis kanker apapun," kata American Cancer Society.

No comments:

Post a Comment