Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan Bank Indover dan Bank IFI tak diselamatkan pada 2008 dan 2009 karena kegagalannya tak dianggap sistemik. Penangan itu berbeda dengan penanganan Bank Indonesia terhadap Bank Century yang dikucuri fasilitas pinjaman jangka pendek Rp 689,3 miliar dan bailout Rp 6,7 triliun.
Berikut ini data-data terkait dengan tiga bank yang beda nasib itu.
CENTURY
- Krisis: Oktober 2008
- Aset: Rp 14,74 triliun (Maret 2008)
- Dana pihak ketiga: Rp 10,22 triliun (Maret 2008)
- Pemilik: Robert Tantular
- Penanganan: Diselamatkan dengan FPJP Rp 689,3 miliar dan bailout Rp 6,7 triliun
IFI
- Krisis: April 2009
- Aset: Rp 440 miliar
- Dana pihak ketiga: Rp 355,8 miliar
- Pemilik: Bambang N. Rachmadi
- Penanganan: Ditutup
Indover
- Krisis: Oktober 2008
- Aset: -
- Dana pihak ketiga: 11 juta euro
- Pemilik: Bank Indonesia
- Penanganan: Ditutup
Mantan Menteri Keuangan yang kini menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati, mengakui lebih menggunakan instingnya saat menetapkan Century sebagai bank gagal berdampak sistemik.
"Sebagai pengambil keputusan, kita membuat penilaian berdasarkan pikiran, perasaan mungkin juga, dalam hal ini insting," kata Sri Mulyani ketika bersaksi untuk terdakwa mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Budi Mulya, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Jumat, 2 Mei 2014.
Pernyataan Sri Mulyani ini merupakan jawaban untuk hakim I Made Hendra yang menanyakan indikator dalam penetapan Century sebagai bank gagal berdampak sistemik. Sri Mulyani juga mengatakan, dengan penyelamatan Century, keamanan masyarakat yang memiliki uang di bank itu bisa dilindungi. Juga menghindarkan penarikan dana masyarakat dari bank secara bersamaan yang bisa menimbulkan krisis keuangan.
Made lalu bertanya kepada Sri Mulyani perihal teori yang menjadi landasan pengambilan putusan berdasarkan insting tersebut. "Apakah ada teori ekonomi yang dapat mendukung pendapat Anda untuk pengambilan keputusan ini, Saudara menggunakan teori ekonomi tidak?" ujar Made.
Sri Mulyani berdalih, dia menggunakan rasio dalam pengambilan keputusan itu. "Saya menggunakan rasionalitas bahwa risiko yang dihadapi sistem perekonomian kita jauh lebih besar kalau saya tidak membuat keputusan yang tepat," ujarnya.
No comments:
Post a Comment