Direktorat Jenderal Pengelolaan UtangKementerian Keuangan akan menerbitkan obligasi berdenominasi euro atau euro bond pada semester II 2014. Produk obligasi perdana ini merupakan instrumen untuk menutupi pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.
“Selain euro bond, kami juga akan terbitkan global sukuk dansamurai bond. Jadi, masih ada tiga instrumen yang menggunakan currency luar negeri untuk menutup pembiayaan APBN,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Robert Pakpahan seusai launching Saving Bonds Ritel di kantor Kementerian Keuangan, Jumat, 2 Mei 2014. Pada semester II juga akan diterbitkan obligasi ritel dengan target indikatif mencapai Rp 20 triliun.
Menurut Robert, penerbitan instrumen tersebut merupakan langkah menutup defisit anggaran yang kemungkinan akan melebar dari target yang ditetapkan dalam APBN 2014 sebesar 1,69 persen terhadap produk domestik bruto. Dia tak menyebut berapa pelabaran defisit tersebut. “Itu dihitung Dirjen Anggaran.”
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang akan mengatur sumber penutupan defisit sesudah ada kepastian berapa pelabaran defisit tersebut. Lelang mingguan, penambahan target dalam global sukuk, euro bond, dan samurai bond akan dilakukan. “Sebagian dari programloan seperti persediaan pinjaman dari ADB. Sisanya kami pecah-pecah,” ujarnya.
Berdasarkan catatannya, hingga saat ini, penerbitan obligasi sudah 53 persen dari target penerbitan SBN bruto 360 triliun. “Jadi, realisasinya sudah sekitar Rp 200 triliun,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment