Pelemahan rupiah yang terjadi bersamaan dengan mata uang Asia lainnya membuat Bank Indonesia belum melakukan intervensi.
Pelemahan nilai tukar rupiah hingga menyentuh 12.380 per dolar Amerika mulai membuat pelaku pasar khawatir nilai tukar bisa terus melemah. Namun bank sentral belum terlihat aktif menyeimbangkan likuiditas di pasar uang
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, menduga bank sentral masih membiarkan rupiah bergerak melemah, dengan alasan pelemahan rupiah berlangsung secara natural. Tidak hanya rupiah, hampir seluruh mata uang Asia juga melemah terhadap dolar Amerika Serikat. "Bank sentral belum aktif menyeimbangkan likuiditas di pasar uang," katanya.
Di sisi lain, melonjaknya kebutuhan dolar korporasi menjelang akhir tahun membuat rupiah melemah tajam dibanding mata uang lainnya. Korporasi memborong dolar pada awal bulan untuk mengantisipasi libur Natal dan tahun baru. "Lonjakan permintaan dolar akan berlangsung sampai minggu depan dan akan menekan rupiah lebih dalam," ujar Linda.
Ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, menuturkan turunnya posisi cadangan devisa turut menjadi alasan belum terlihatnya intervensi BI. "Bila tidak ada penjagaan BI, rupiah berpotensi melemah hingga level 12.400-12.450 per dolar."
Tren penguatan dolar terhadap hampir seluruh mata uang dunia dipicu oleh melemahnya harga minyak mentah dunia hingga menembus US$ 62 per barel. Selain itu, iming-iming kenaikan suku bunga bank sentral Amerika (The Fed) turut membuat pelaku pasar terus berspekulasi terhadap imbal hasil dolar.
"Investor mengantisipasi kemungkinan The Fed memberi sinyal yang lebih jelas mengenai kenaikan suku bunganya pada FOMC Meeting, 16 Desember mendatang," kata Lana.
Hingga jeda pukul 12.00 WIB, rupiah bertengger pada level 12.367 per dolar AS.
No comments:
Post a Comment