Tuesday, December 16, 2014

Rusia Juga Pengaruhi Pelemahan Rupiah

Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar dalam beberapa waktu terakhir diyakini sebagai akibat dari spekulasi rencana kenaikan suku bunga The Fed Rate di Amerika Serikat. Namun Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro punya analisis lain mengenai penyebab jebloknya rupiah beberapa waktu ke depan.

Menurut Bambang selain Amerika ada negara lain yang bisa mempengaruhi kurs rupiah yakni Rusia. Kebijakan pemerintah Rusia untuk menaikkan suku bunga acuan, kata Bambang, kemungkinan bisa membuat rupiah semakin terpuruk. "Kenaikan suku bunga Rusia akan menyebabkan perubahan yang signifikan di pasar, terutama terhadap permintaan surat berharga dalam nilai rupiah," kata Bambang.

Tingginya suku bunga Rusia ada kemungkinan merangsang pelarian dana dari negara berkembang lainnya. Bambang mengatakan bulan ini adalah keenam kalinya Rusia menaikkan suku bunga demi mendorong kurs rubel yang jeblok dihantam dolar.

Sebelumnya Reuters mengabarkan Bank Sentral Rusia mengumumkan kenaikan suku bunga acuan dari 10,5 persen menjadi 17 persen. Keputusan ini berlaku sejak Selasa, 16 Desember 2014. "Keputusan ini bertujuan untuk membatasi risiko meningkatnya depresiasi rubel dan risiko inflasi," demikian pernyataan Bank Sentral Rusia.

Nilai tukar rubel terhadap dolar Amerika merosot 10 persen pada Senin, 15 Desember 2014. Ini adalah penurunan rubel terendah sejak 1998. Pelemahan nilai tukar Rubel menyusul jatuhnya harga minyak dan sanksi ekonomi negara-negara Barat kepada Rusia. Sejak awal 2014, kurs rubel telah melemah lebih dari 45 persen. Bank Sentral Rusia pun menggelontorkan dana US$ 70 miliar untuk menahan nilai tukar rubel.

Setelah pengumuman kenaikan suku bunga, rubel menguat dari 67 per dolar menjadi 60 per dolar Amerika. Bank sentral Rusia juga meningkatkan volume maksimum valuta asing yang disediakan untuk bank lewat lelang foreign-exchange repurchase agreement (Repo valas) selama 28 hari. Volume valuta asing ditingkatkan dari US$ 1,5 miliar menjadi US$ 5 miliar.

Investor menilai kenaikan suku bunga ini sebagai langkah positif dan menunjukkan pertahanan bank sentral yang cukup gigih. "Ini jelas merupakan langkah menuju arah yang benar. Tingkat bunga riil positif, 7 sampai 8 persen," kata Kepala Investasi UBS Wealth Management New York, Jorge Mariscal.

No comments:

Post a Comment