Friday, December 12, 2014

Alasan Menteri Keuangan Soal Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terburuk Se Asia Dalam 6 Tahun

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh penguatan dolar secara global. Hal ini terjadi akibat penurunan harga minyak dunia. "Selain itu, investor mengantisipasi kenaikan suku bunga Fed Rate tahun depan," katanya di kantornya, Jumat, 12 Desember 2014.

Penurunan harga minyak mentah dunia mendesak investor dunia mengalihkan sahamnya ke sektor yang lebih aman. Menurut Bambang, satu-satunya pilihan yang aman adalah dolar Amerika.  Bambang belum mengetahui kapan rupiah akan segera pulih. Namun, kata dia, pemerintah tidak membiarkan rupiah terus merosot. "Pemerintah tengah mengendalikan defisit neraca pembayaran," ujarnya.

Selain itu, kata Bambang, penurunan nilai tukar rupiah belum mengarah pada kekhawatiran akan banyak investor yang hengkang. Bambang mengatakan prospek ekonomi Indonesia tahun depan cukup bagus. "Orang tidak semata-mata hanya melihat rupiah hari ini."

Kombinasi sentimen negatif di dalam dan luar negeri menjadikan rupiah sebagai mata uang yang mengalami pelemahan kurs paling parah se-Asia. Di pasar uang, Jumat, 12 Desember 2014, rupiah anjlok 117 poin (0,95 persen) ke level 12.467 per dolar Amerika.

Dibanding mata uang Asia lain, rupiah melesak paling dalam. Won Korea melemah 0,21 persen, yuan melemah 0,01 persen, dan ringgit turun 0,18 persen. Analis PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, mengatakan penguatan dolar di pasar global dan lonjakan permintaan korporasi dalam negeri memicu pelemahan rupiah. "Rupiah kini mendekati level terendah dalam enam tahun terakhir."

Kombinasi sentimen negatif di dalam dan luar negeri menjadikan rupiah sebagai mata uang yang mengalami pelemahan kurs paling parah se-Asia. Pada pasar uang, Jumat, 12 Desember 2014, rupiah anjlok 117 poin (0,95 persen) ke level 12.467 per dolar Amerika.

Dibanding mata uang Asia lain, rupiah melesak paling dalam. Won Korea melemah 0,21 persen, yuan melemah 0,01 persen, dan ringgit turun 0,18 persen. Analis PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, mengatakan penguatan dolar di pasar global dan lonjakan permintaan korporasi dalam negeri memicu pelemahan rupiah. "Rupiah kini mendekati level terendah dalam enam tahun terakhir."

Dolar semakin sulit dibendung setelah rilis data retail November tumbuh 0,7 persen dibanding sebelumnya, yakni 0,5 persen. Selain itu, angka klaim jumlah pengangguran kembali turun ke level 294 ribu jiwa dari sebelumnya 297 ribu jiwa.

Mata uang negara berkembang pun semakin takluk kepada dolar setelah data sektor industri di Cina terkontraksi dari 7,7 menjadi 7,2 persen. Dari dalam negeri, permintaan dolar korporasi semakin membeludak menjelang akhir tahun. Selain untuk membayar kewajiban impor, ada indikasi perusahaan mulai memborong dolar di pasar spot guna mengantisipasi libur panjang. "Meningkatnya kebutuhan di tengah harga dolar yang tinggi semakin membebani kurs rupiah," kata Zulfirman.

No comments:

Post a Comment