Otoritas Jasa Keuangan akan menekankan edukasi investasi pada tahun 2015. "Kami ingin lebih banyak investor lokal dari segala kalangan ke depan," ujar Ketua OJK Muliaman Hadad di Jakarta, Ahad, 14 Desember 2014.
"Sosialisasi perlu pemahanan seperti anak sekolahan," katanya. OJK, kata dia, akan mengupayakan penetrasi ihwal produk jasa keuangan ke masyarakat kelas menengah-bawah dalam waktu dekat ini.
Muliaman mengatakan, OJK akan meluncurkan suatu program edukasi yang masif kepada masyarakat. Program andalan dari strategi nasional literasi keuangan Indonesia tersebut adalah penyediaan produk-produk keuangan yang terjangkau.
"Target edukasi kami adalah ibu rumah tangga dan pelaku bisnis kecil dan menengah," tuturnya. OJK juga akan menunjuk Desa Karangsong, Kabupatan Indramayu sebagai daerah percobaan Layanan Keuangan Mikro.
Layanan terpadu keuangan mikro tersebut menawarkan reksa dana senilai Rp 100 ribu, tabungan tanpa biaya administrasi, asuransi premi di bawah Rp 50 ribu, dan pembiayaan investasi logam mulia dengan cicilan rendah
Muliaman berujar, dengan program ini OJK menargetkan kenaikan indeks investasi di masyarakat dua kali lipat. Hingga saat ini tingkat inklusi pasar modal tergolong kecil masih sebesar 0,11 persen; sedangkan asuransi hanya mencapat angka 1,5 persen. "Kegiatan ini bisa memobilisasi uang ke sumber yang lebih formal," katanya.
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia diperkirakan menghambat laju indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia Analis dari Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe, mengatakan kenaikan BI Rate membuat investor semakin terpancing mengambil untung (profit taking) yang bisa menyebabkan harga saham merosot.
“Seusai pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, sebagian investor yang ingin profit taking semakin merasa memiliki alasan untuk melakukannya,” kata Kiswoyo.
Seperti diketahui, bank sentral menaikkan BI Rate dari 7,5 persen menjadi 7,75 persen. Bank Indonesia menyatakan langkah ini adalah bagian dari lima bauran kebijakan untuk mendukung stabilitas moneter pasca-kenaikan harga BBM. Kenaikan suku bunga dianggap mampu meredam inflasi yang muncul setelah harga BBM melonjak Rp 2.000 per liter.
Namun, kata Kiswoyo, kenaikan BI Rate membuat persepsi investor terhadap pasar saham semakin negatif. Sebab, selain bisa membebani kinerja perekonomian, kenaikan BI Rate memberi kesan adanya kepanikan otoritas moneter dalam menghadapi kenaikan harga BBM.
Idealnya, tutur Kiswoyo, kenaikan BI Rate diumumkan seusai rapat rutin Dewan Gubernur BI yang dilakukan setiap bulan. "Sikap buru-buru membangun anggapan bahwa BI tak siap menghadapi realisasi kenaikan BBM bersubsidi,” ujarnya.
No comments:
Post a Comment