Monday, December 8, 2014

Stok LPG dan Premium Indonesia Dalam Keadaan Gawat Darurat

Direktur Marketing and Retail PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang mengatakan stok gas dalam tabung (liquified petroleum gas/ elpiji) lebih mengkhawatirkan ketimbang persediaan bahan bakar minyak. Sebab, kata dia, stok nasional elpiji hanya cukup untuk empat hari.

"Gas yang siap di darat cuma untuk empat hari. Sisanya masih berada di atas kapal," kata Bambang di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Senin, 8 Desember 2014 Pertamina, kata dia, membutuhkan waktu untuk memindahkan pasokan elpiji dari kapal menjadi stok siap pakai di darat.

Selain menyinggung pasokan elpiji, Bambang juga mengatakan stok nasional bahan bakar jenis Premium dan solar belum masuk batas aman. Sebab, pasokan Premium cuma cukup untuk 18 hari, sedangkan solar 19 hari.

Pasokan ini, kata Bambang, hanya bersifat sebagai cadangan operasional, bukan stok dalam kondisi kritis. "Jika terjadi gangguan, agak sulit memenuhi pasokan ini. Bandingkan dengan negara lain yang memasang stok minimum satu hingga tiga bulan," ujar Bambang.

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said berniat menaikkan kapasitas tangki penyimpanan cadangan bahan bakar nasional untuk konsumsi selama 30 hari dalam dua tahun ke depan. Kalau kapasitas tangki cuma 18 hari, kata Sudirman, akan terjadi kepanikan jika terjadi gangguan pada kilang.

Harga elpiji kemasan 3 kilogram menembus Rp 26 ribu di Kabupaten Majalengka. Untuk mendapatkannya pun sangat sulit. "Padahal biasanya harga elpiji 3 kilogram hanya Rp 17 ribu per tabung. Paling mahal pun hanya Rp 18 ribu," kata Jejep, warga Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, kemarin.

Menurut dia, tidak hanya mahal, elpiji di daerahnya juga langka. Jejep mengaku sudah berjalan dari warung ke warung untuk bisa mendapatkan satu tabung elpiji kemasan 3 kilogram. "Tapi kosong semua," ujarnya. Kondisi itu sudah terjadi hampir sebulan ini. Sekarang, kompor gas di dapurnya berganti menjadi tungku kayu bakar.

Kelangkaan yang sama pun terjadi di wilayah perkotaan di Kabupaten Majalengka. Seperti diungkapkan Tati, warga Kelurahan Majalengka Kulon, Kecamatan Majalengka. "Mencari elpiji 3 kilogram sekarang susah sekali," ujarnya. Dia harus meminta tolong tukang ojek di kompleks rumahnya untuk mencari gas tersebut. Bahkan ia kerap harus menitipkan uang dan tabung elpiji kosong ke warung supaya bisa mendapatkan bahan bakar itu. "Seminggu menunggu baru bisa dapat."

Sementara itu, seorang pengecer elpiji di Kelurahan Majalengka Kulon, Titin, mengungkapkan, pasokan gas ke tempatnya terus berkurang dari hari ke hari. Biasanya dia mendapat kiriman elpiji 3 kilogram sebanyak 10-15 tabung per hari, tapi sudah lebih dari sebulan ini jumlahnya terus dikurangi. Bahkan seminggu ini dia hanya mendapatkan tiga-lima elpiji kemasan 3 kilogram setiap hari. "Saya heran, harga elpiji dari pemasoknya juga naik, sehingga saya juga terpaksa menaikkan harga jual," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Majalengka Udin Abidin mengatakan setiap hari Kabupaten Majalengka mendapat pasokan sebanyak 48 truk dengan total muatan 560 tabung elpiji kemasan 3 kilogram. Jumlah ini sebenarnya sudah mencapai target ketentuan pemerintah sebanyak 6 persen. "Tapi ternyata masih tetap terjadi keluhan kelangkaan," katanya.

Lembaganya, kata dia, akan segera memanggil Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi serta PT Pertamina untuk bersama-sama mencari tahu akar masalah kelangkaan elpiji 3 kemasan kilogram di Majalengka.

Pemerintah Kabupaten Bangkalan mengajukan penambahan kuota elpiji kemasan 3 kilogram ke PT Pertamina. Permintaan tersebut diajukan untuk mengantisipasi kelangkaan elpiji 3 kilogram akibat beralihnya konsumen elpiji 12 kilogram setelah harga gas nonsubsidi itu naik.

"Kami mengajukan penambahan kuota sebanyak 20 persen," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bangkalan Abdul Rozak, Sabtu, 12 september 2014.

Meski belum ada kajian ihwal seberapa besar peralihan konsumen elpiji 12 kilogram ke 3 kilogram, Rozak yakin kenaikan harga dari Rp 100 ribu menjadi Rp 120 ribu per tabung akan membuat konsumen elpiji nonsubsidi beralih ke elpiji bersubsidi.

Data menyebutkan, jatah elpiji 3 kilogram di Bangkalan sebanyak 282 ribu tabung per bulan. "Kami minta tambahan sekitar 56 ribu tabung, sehingga menjadi sekitar 338 ribu tabung," ujar Rozak.

Mat Rohman, agen elpiji di Pasar Sabtoan, Kecamatan Socah, mengatakan pelanggannya merespons positif kenaikan harga elpiji 12 kilogram. "Positif maksudnya sampai hari ini konsumsi elpiji 3 kilogram masih normal," katanya.

Sejak harga gas 12 kilogram dinaikkan dua hari lalu, kata dia, baru ada satu konsumen yang menjual tabung elpiji tersebut untuk ditukar dengan elpiji 3 kilogram. "Karena kebanyakan konsumen 12 kilogram juga pengguna elpiji 3 kilogram, jadi mereka tidak panik," ucap Mat Rohman.

No comments:

Post a Comment