PT Bank CIMB Niaga Tbk mengaku belum berencana melakukan komitemen pinjaman luar negeri pada tahun depan. Untuk mendukung kredit valuta asing (valas), perusahaan masih mengandalkan simpanan masyarakat. Menurut Direktur Strategy dan Finance CIMB Niaga, Wan Razly, pada semester dua ini, CIMB Niaga juga belum memiliki rencana untuk melakukan pinjaman luar negeri pada.
Oleh karena itu, pertumbuhan pinjaman valas, manajemen akan melihat perkembangan DPK non rupiah. ”Tahun lalu, CIMB Niaga telah melakukan transaksi ini antara lain dengan bank seperti UOB Singapore maupun dari lembaga keuangan seperti IFC dan JBIC,” ujar Wan, Selasa, (25/08).
Terkait dengan utang luar negeri ini CIMB Niaga akan terus mematuhi koridor-koridor yang telah ditetapkan oleh pihak regulator. Hal ini karena Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan menerapkan pengawasan yang ketat terhadap industri perbankan, termasuk di dalamnya dalam hal utang luar negeri.
Sebelumnya Bank Indonesia merilis, data utang luar negeri perbankan Indonesia pada semester pertama 2015 ini mengalami kenaikan 15,53% menjadi US$ 31,7 miliar. Kenaikan ini utamanya dikontribusikan dari utang bank swasta nasional yang menyumbang 47,89% dari total utang atau sebesar US$ 15,2 miliar.
PT Bank CIMB Niaga Tbk telah melakukan stress test untuk mengetahui dampak pelemahan rupiah dan kondisi ekonomi terkini terhadap perseroan. Dari hasil dari stress test tersebut Bank CIMB Niaga mengalami penurunan rasio kualitas aktiva. Menurut Direktur Risk Management CIMB Niaga Vera Handajani mengatakan, penurunan ini tidak hanya dialami oleh CIMB Niaga, tetapi juga industri perbankan secara umum.
Meski begitu, CIMB Niaga memperkirakan hal tersebut tidak akan mempengaruhi penyaluran kredit CIMB Niaga. “Hal ini karena porsi kredit dollar CIMB Niaga tergolong kecil terhadap total kredit,” ujar Vera, Kamis (13/08). Selain itu Vera mengatakan mayoritas kredit tersebut berasal dari perusahaan yang income base-nya terkait dengan dollar Amerika Serikat sehingga terjadi natural hedge sehingga tidak terlalu mempengaruhi kredit.
Selain skenario pelemahan rupiah, stress test yang dilakukan CIMB Niaga juga memperhitungkan dampak situasi lain seperti pelemahan pertumbuhan ekonomi, kenaikan harga BBM, perubahan BI rate, perubahan inflasi dan pelemahan harga komoditas. “Di dalam berbagai stress test yang telah kami lakukan secara berkala ini, dalam keadaan moderate maupun skenario ekstrem, rasio kecukupan modal CIMB Niaga tetap terjaga di atas ketentuan minimum regulator,” katanya.
No comments:
Post a Comment