Tak hanya itu, perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat (AS) juga terkena dampaknya. China merupakan pasar besar untuk sejumlah negara di dunia. Contoh saja Chili, yang ekonominya cukup kuat beberapa tahun terakhir, namun saat ini ekspornya turun hampir 25% karena perlambatan ekonomi China.
Selain Chili, Brasil, Indonesia, dan Jepang juga memiliki hubungan dagang yang erat dengan China. Jadi negara-negara ini pasti ekspornya terpengaruh nila ekonomi China melambat. Berkurangnya jumlah pembelian barang atau komoditas, membuat harga komoditas juga turun. Chili tahun ini memprediksi ekonominya hanya rumbuh 1,8%. Sementara sejak 2010-2013, ekonomi China tumbuh rata-rata 4%.
Tak hanya negara, perusahaan-perusahaan seperti Ford, BMW, dan Volkswagen juga akan menurun penjualannya karena perlambatan China. Barang-barang bermerek seperti Prada, dan Coach juga akan mengalami hal yang sama.
Kemudian, perusahaan baja asal Australia, Bluescope Steel juga menyatakan satu pabriknya kana tutup karena penurunan permintaan dari China, dan rendahnya harga komoditas. Ini bisa membuat 5.000 karyawan kehilangan pekerjaannya. Apple dan Microsoft, sebagai perusahaan teknologi besar juga akan berpengaruh penjualannya. Penjualan Apple di China menurun sepanjang tahun ini, demikian juga dengan Microsoft.
Karena itu, saat China dengan sengaja mendevaluasi atau melemahkan mata uang yuan, sektor keuangan dunia langsung guncang. Para investor mengambil langkah aman menarik uangnya di pasar keuangan. Ini membuat bursa saham dunia berjatuhan. Namun saat ini sudah mulai normal, terutama pasca pemangkasan suku bunga acuan yang dilakukan oleh bank sentral di China, untuk mendorong perekonomiannya.
No comments:
Post a Comment