Monday, August 24, 2015

Industri Plastik Nasional Mulai Terkena Dampak Pelemahan Pertumbuhan Ekonomi

Pelemahan pertumbuhan ekonomi telah membuat konsumsi dalam negeri berkurang dan berdampak pada penurunan penggunaan produk plastik hilir. Kondisi tersebut membuat pengusaha ragu produksi industri plastik domestik bisa mencapai target di akhir tahun.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Suhat Miyarso memperkirakan produksi produk plastik hilir akan berkurang sebesar 9 hingga 10 persen hingga akhir tahun ini. Dari target produksi 4,2 juta ton, ia mengatakan bahwa kemungkinan tahun ini produksi produk plastik hilir hanya akan mencapai 3,8 juta hingga 3,9 juta ton.

"Selain karena masalah daya beli, kenaikan harga bahan baku juga menjadi masalah karena kan dari industri hulu plastik 40 hingga 50 persennya impor dan kini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) makin parah," jelas Suhat ketika ditemui di Kementerian Perindustrian, Selasa (25/8).

Perkiraan realisasi produksi tersebut menurun 18,8 persen dari angka tahun kemarin yang produksinya mencapai 4,68 juta ton. Kendati demikian, ia mengatakan bahwa setiap tahunnya, angka produksi industri plastik hilir selalu sesuai dengan permintaannya, sehingga Suhat yakin kalau penyerapannya akan tetap 100 persen tahun ini.

Sebagai langkah antisipasi penurunan permintaan ini, sudah ada tiga industri plastik hilir yang merelokasi industrinya dari Jawa Barat ke Jawa Tengah atas alasan Upah Minimum Provinsi (UMP) lebih rendah. Sebagai gambaran atas rendahnya UMP di Jawa Tengah, data Kementerian Ketenegakerjaan 2014 menyebutkan bahwa Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK) Jawa Tengah paling tinggi hanya sebesar Rp 1,38 juta, sedangkan UMK tertinggi di Jawa Barat memiliki angka Rp 2,95 juta.

Lindawati, Direktur Keuangan Impack, menjelaskan perlambatan laba tahun ini disebabkan oleh kondisi perekonomian yang tengah lesu serta pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.  “Kondisi makro perekonomian sudah pasti mempengaruhi (melambatnya target laba perseroan). Depresiasi rupiah itu juga sudah pasti sangat mengganggu kita punya capaian hasil nantinya,” kata Lindawati .

Menurut Lindawati, sekitar 80 persen dari bahan baku produk plastik lembaran seperti lembaran atap Polycarbonate & Polyvinyl masih harus diimpor dari luar negeri. Karenanya, perseroan akan menggenjot ekspor guna menekan selisih biaya impor yang cukup tinggi.  “Kita akan meningkatkan ekspor kita supaya kita bisa membayar bahan baku yang masih diimpor menjadi sekitar US$ 8 juta dari tahun lalu US$ 3 juta,” tutur Lindawati.

Pada awal tahun ini, Impack telah mengekspor produk lembaran atap Polycarbonate ke Australia dan Selandia Baru senilai US$ 5 juta. Sebelumnya, pada pada November 2014 Impack telah mengakuisisi bisnis produsen polycarbonate rofing sheet bermerek Laserlite, Bayer Material Science, yang berkedudukan di Australia.

Selain meningkatkan ekspor, Direktur Pemasaran Impack Janto Salim menyebutkan beberapa strategi lain untuk memastikan Perseroan dapat mencapai target tahun ini. Antara lain dengan membangun citra merek perusahaan yang kuat, memperkuat jaringan pemasaran di dalam dan luar negeri, melakukan diversifikasi produk, mengembangkan research and development, dan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia. “Percuma kalau kita planning-nya bagus-bagus tapi sumber daya manusianya nggak memadai. Kita harus tetap memiliki sumber daya manusia yang bagus,” tutur Janto.

"Sejauh ini sudah ada tiga perusahaan plastik hilir yang merelokasi usahanya dari Jawa Barat ke Jawa Tengah karena masalah UMP mengingat industri hilir ini kan padat karya. Selain itu, sejauh ini belum ada kasus layoff di industri hilir plastik," terangnya. Lebih lanjut, Suhat berharap bahwa relokasi ini bisa menekan biaya dan berimplikasi pada peningkatan konsumsi plastik dalam negeri. Bahkan dirinya masih berharap bahwa realisasi produksi dan kebutuhan produk plastik hilir bisa lebih besar dari angka revisi tersebut hingga akhir tahun mendatang.

"Memang tak bisa dipungkiri harga-harga telah naik, ekonomi memburuk, tapi kami juga akan terus melakukan upaya agar pertumbuhan produksi setidaknya bisa sesuai seperti kemarin-kemarin," jelasnya

No comments:

Post a Comment