Wednesday, August 26, 2015

OJK Beberkan Data Kekuatan Perbankan Indonesia

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan perbankan Indonesia masih dalam tahap yang kuat. Meskipun sekarang pasar keuangan global tengah dilanda gejolak yang cukup berat.  "Likuiditas perbankan Indonesia masih sangat kuat dan tidak ada permasalahan," tegas Deputi Komisioner Bidang Perbankan OJK Irwan Lubis di kantornya, Jakarta, Rabu (26/8/2016) OJK akan memantau setiap waktu posisi dari perbankan. Begitu juga dengan profil risikonya. Untuk jangka menengah dan panjang maka akan dilakukan stress test, agar bisa diantisipasi lebih dulu.

Berikut data perbankan hingga Juni 2015:
  • Total penyaluran kredit perbankan Rp 3.828 triliun atau 4,18% (year to date/ytd) dan 10,38% (year on year/yoy)
  • Dana pihak ketiga Rp 4.319 triliun atau 4,99% ytd dan 12,65% yoy.
  • Aset Rp 5.933 triliun atau 5,66% (ytd) dan 11,11% (yoy)
  • Modal Rp 730 triliun atau 5,14% (ytd) dan 11,83% (yoy).
  • Rasio Kecukupan Modal (CAR) 20,35%.
  • Rasio modal inti 17,78%.
  • Return on Assets (ROA) turun ke 2,29 % dari 3,13%.
  • Return on Equity (ROE) masih di atas 18%
  • Net Interest Margin (NIM) 5,32%
  • Non Performing Loan atau kredit bermasalah 2,55%
Irwan menambahkan posisi NPL memang bergerak lebih tinggi. Hal ini karena perlambatan ekonomi yang terjadi secara menyeluruh. Khususnya bank dengan profil risiko di sektor komoditas dan pertambangan. "OJK juga melakukan semua, mengantisipasi NPL. Bank bisa restrukturisasi kredit sebelum turun ke NPL. Bank bisa melalui relaksasi itu dia reconditioning. Sehingga angsuran lebih rendah dan negosiasi di bunga. Saya kira dengan adanya langkah antisipasi ini, OJK memberi ruang manajemen bank paling tidak bisa menahan drop sampai 0,3-0,5%," paparnya.

Hasil stress test Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Maret lalu menyatakan sebanyak 5 bank masuk dalam kategori rentan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Dikhawatirkan modal bank tersebut akan tergerus cukup dalam, namun kini sudah ditangani OJK. Variabel utama adalah dolar AS setara dengan Rp 14.000-Rp 15.000. Kemudian adalah pertumbuhan ekonomi, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI), dan inflasi.

OJK pun kemudian melakukan kajian dan meminta kelima bank tersebut untuk melakukan pembenahan dari Maret hingga Agustus. Tiga bank diharuskan untuk menambah modal dan dua bank lainnya melakukan perbaikan strategi bisnis. "Ada 5 bank yang sebelumnya lampu kuning. Kemudian telah melewati proses pengawasan. Dengan begitu posisi perbankan menjadi semakin kuat," tegas Deputi Komisioner Bidang Perbankan OJK Irwan Lubis di kantornya, Jakarta, Rabu (26/8/2016)

Untuk tiga bank tersebut penambahan modalnya cukup beragam, ada yang Rp 100 miliar, Rp 150 miliar dan Rp 300 miliar. Irwan menyebutkan nilainya tergantung dari modal yang dimiliki masing- masing bank. Sedangkan perbaikan strategi bisnis yang diharuskan OJK adalah seperti memperkuat penanganan kredit bermasalah, efisiensi jaringan kantor cabang atau pegawai dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan operasional.

"Dengan begitu CAR profil risiko dari bank-bank itu sudah mencapai 10-14%," tegasnya. Irwan menambahkan, pola pengawasan perbankan memang harus dilihat dalam jangka menengah dan panjang. Bila Maret pergerakan dolar AS masih pada level Rp 12.000 - Rp 13.000, maka harus dilihat kemungkinan perlemahan semakin dalam. "Kita melihat kondisi perbankan secara futuristik. Apa yang terjadi sekarang sudah kita siapkan dari jauh hari sebelumnya," kata Irwan.

No comments:

Post a Comment