Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat potensi kenaikan harga (inflasi) beras sepanjang Agustus 2015 di kisaran 1 hingga 1,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Ekspektasi angka inflasi beras bulanan (month-to-month) tersebut lebih tinggi dibanding Juli lalu yang bersender di angka 0,68 persen.
Kepala BPS Suryamin juga memprediksi bahwa kenaikan harga beras tetap akan menjadi salah satu penyumbang utama inflasi bulanan di bulan Agustus. Kendati demikian, ia mengatakan bahwa inflasi total secara bulanan bisa ditekan karena ditemukan deflasi pada tujuh dari 22 komoditas yang telah dihitung Indeks Harga Konsumen (IHK)nya.
"Beras memang naiknya tidak sampai di kisaran 3 persen, tapi tetap saja itu memberikan share ke angka inflasi bulanan secara total. Tapi nanti inflasi itu akan terdorong ke bawah setelah kami menemukan tujuh komoditas yang mengalami deflasi," ujar Suryamin ketika ditemui di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kamis malam (27/8).
Ia mengatakan bahwa kenaikan harga beras kali ini tidak masuk dalam kategori mengkhawatirkan mengingat rata-rata inflasi komoditas telah dihitung berada di bawah 2 persen. Namun, ia mengatakan bahwa penghitungan IHK per komoditas ini belum selesai karena masih ada barang atau jasa yang belum dipantau.
"Selain itu, kami juga baru melakukan pemantauan di enam kota besar, sedangkan kota yang kami observasi IHK-nya ada 82 kota. Jadi semua angkanya masih bisa berubah, tapi kami harap angkanya tetap stabil hingga akhir bulan," jelas Suryamin. Sebagai informasi, kenaikan harga beras kadang menjadi salah satu komoditas yang memiliki kontribusi terbesar dalam penghitungan inflasi bulanan sepanjang tahun 2015. Contohnya pada bulan Maret 2015, terdapat kenaikan harga beras sebesar 2,24 persen dan merupakan kontribusi terbesar ketiga penyumbang inflasi bulanan dengan porsi sebesar 0,09 persen.
Namun ada kalanya harga beras juga berhasil menghambat laju inflasi bulanan pada tahun ini. Contohnya pada bulan April 2015, terjadi deflasi harga beras sebesar 4,82 persen dan memiliki bobot 0,82 persen pada perhitungan inflasi secara total yang disebabkan oleh meningkatnya pasokan beras secara nasional.
Bank Indonesia (BI) memprediksi tingkat inflasi Agustus 2015 ada di level 0,3 persen atau terendah untuk rata-rata lima tahun terakhir di periode yang sama. Angka itu lebih rendah dari Agustus 2014 yang mencapai 0,47 persen dan inflasi bulan lalu yang mencapai 0,93 persen.
“Inflasi di survei Minggu keempat kami itu ada di kisaran 0,3 persen,“ tutur Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (28/8). Apabila hasil survey yang dilakukan BI terbukti benar, maka level inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) Agustus 2015 diperkirakan mencapai 7,08 persen. Atau lebih rendah dibandingkan inflasi Juli 2015 (yoy) yang berada di angka 7,26 persen.
“Jadi kalau dari 7,26 persen di bulan yang lalu terus turun menjadi 7,08 persen itu adalah satu pencapaian yang baik dan kita harapkan akan terus mengarah ke di bawah 4,5 persen di akhir 2015,” kata Agus. Diungkapkan Agus, komoditas yang memberikan tekanan pada inflasi adalah ayam ras, telur ayam ras, dan beras. Sedangkan deflasi terjadi pada jasa pengangkutan antar daerah dan bawang merah.
“Jadi tentu nanti kita akan melihat bahwa pemerintah akan memberikan perhatian kepada harga daging ayam, telur ayam, maupun beras, dan harga daging sapi,” ujarnya. Menurut Agus, laju inflasi yang rendah merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi yang penting. “Jadi kita sambut baik kalau seandainya inflasi bisa 0,3 persen,” kata Agus
No comments:
Post a Comment