Monday, August 24, 2015

Masyarakat Panik dan Tidak Percaya Kemampuan Pemerintah Sebabkan Rupiah dan Saham Anjlok

Ketua Pusat Studi Ekonomi Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono mengatakan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan dan rupiah adalah akibat kepanikan pasar. Kepanikan ini membuat pasar memburu dolar Amerika Serikat yang membuat hampir semua mata uang dunia melemah tanpa batas.

Pada penutupan perdagangan Senin, 24 Agustus 2015, IHSG turun tajam 172,22 poin (3,97 persen) ke level 4.163,73. IHSG yang sejak awal perdagangan sudah dibuka di teritori negatif, bahkan sempat menyentuh posisi terendah di level 4.111,11. Sedangkan nilai tukar rupiah, rupiah turun 108,2 poin (0,78 persen) ke level 14.049,5 per dolar Amerika Serikat.

Namun, Tony memprediksi kondisi saat ini sifatnya sementara. Soalnya kondisi fundamental Indonesia sebenarnya tidak sejelek yang terefleksikan pada kurs rupiah saat ini.  “Dalam jangka menengah, seharusnya rupiah akan menguat sesuai fundamental,” kata Tony saat dihubungi, Senin, 24 Agustus 2015. Ia berharap kepanikan pasar di seluruh dunia tak berlanjut.

Tony mengatakan tak banyak yang bisa dilakukan pemerintah dalam sistuasi panik. “Sulit menempuh kebijakan yang biasa, karena yang dihadapi adalah orang panik dan low confidence,” kata dia.  Untuk menenangkan pasar, menurut Tony, yang paling bisa dilakukan adalah Presiden Joko Widodo perlu mengumumkan bahwa pemerintah akan memangkas atau mempertajam prioritas proyek-proyek yang haus devisa. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Muliaman Hadad menyatakan terus memantau situasi pasar keuangan. Pergerakan pasar modal di Bursa Efek Indonesia, kata dia, cenderung mendekati titik terendahnya. 

Ia meminta pelaku pasar untuk bersikap waspada tetapi tenang menghadapi kondisi pasar yang bergerak fluktuatif. "Kami sudah memantau sejak lama dan sudah ada (menyiapkan) opsi," kata Muliaman di gedung DPR RI, Jakarta, Senin, 24 Agustus 2015. Menurut dia, kondisi pasar cukup kuat menghadapi situasi ini.

Kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh otoritas ialah pembelian kembali saham-saham (buy back). Muliaman menyebut Kementerian Badan Usaha Milik Negara menjanjikan bakal buy back. "Hari ini rencananya ada beberapa perusahaan yang mau buy back," ucapnya.  Namun ia mengaku tidak tahu emiten apa saja yang ingin buy back. Muliaman optimistis langkah ini akan mendapat respon yang positif. Belajar dari 2013, ia berharap buy back kali ini akan ada dampaknya. "Kami membuka aturan itu agar dimanfaatkan," kata dia.

Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai kondisi ekonomi saat ini sedang tidak pasti. Hari ini hampir semua pasar modal mengambil posisi sell out atau melepas sahamnya. Situasi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari perkembangan global.  Sebagai lembaga moneter, lanjut Agus, Bank Sentral akan terus berada di pasar. Menurut dia, kondisi nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh 14.000 per dolar Amerika Serikat sudah over shoot.

"Kalau sudah begini harus ada kerja sama semua pihak," ucap Agus. Ia meminta eksportir untuk melepas valuta asing agar permintaan dan penawaran seimbang, sehingga nilai tukar tidak terus tertekan.

No comments:

Post a Comment