Apakah badai sudah berlalu?
"Belum. Masih akan ada risk on risk off karena yang kita tunggu Fed fund rate akan menaikkan atau tidak, kayaknya nggak naik, kayaknya harus naik, tapi AS mendesak, kalau tidak, mereka terlalu kuat jadi tidak kompetitif," ujar Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo saat ditemui di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Jumat (28/8/2015).
Agus melihat, badai belum berakhir hingga The Fed memberikan kepastian kapan menaikkan tingkat suku bunganya. "Pemerintah akan mendorong paket kebijakan ekonomi dan pengendalian upaya agar rupiah menjadi stabil, saya menyambut baik," katanya. Agus menjelaskan, pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi di Indonesia, namun menjadi tekanan banyak negara di dunia. Hingga 27 Agustus 2015, rupiah sudah terdepresiasi 12,9%. Angka ini masih lebih baik dibandingkan negara lainnya yang tertekan lebih dalam.
"Rupiah sampai kemarin depresiasi 12,9%. Dulu 1 tahun depresiasinya 1,8%, kondisi ini kalau dibandingkan dengan mata uang lain kita menguat," katanya. Agus membandingkan, mata uang Brasil hingga 27 Agustus 2015 sudah melemah 33%, Turki 24%, Malaysia 21%, Afrika Selatan 13%.
"Jadi kita menguat, tapi kalau dibanding US$, kemarin di akhir hari ada penguatan rupiah di Rp13.990, itu karena ada dinamika pemerintah mau mengeluarkan paket kebijakan," terang dia. Kondisi nilai tukar saat ini, kata Agus, harus dihadapi dengan tenang. Ia meyakini akan ada perbaikan ekonomi ke depan yang juga diikuti penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
"Jadi mohon kita tetap tenang, ekonomi kita mengarah ke lebih baik, 3 tahun terakhir ekonomi mengalami ketidakpastian, BI akan jaga pasar valas, kita senantiasa merespon bauran kebijakan, yaitu moneter yangprudent, kebijakan makro agar penyaluran kredit lancar," tandasnya.
No comments:
Post a Comment