"Ekspor tidak terganggu, tapi (pasar) lokal yang terganggu karena daya beli rendah," kata pemilik Sagitria Collection, Ana Nuryana, saat ditemui di rumahnya, Kamis, 27 Agustus 2015. Sagitria Collection memproduksi kelom geulis motif batik. Akibat naiknya nilai tukar dolar, kata Ana, pemasaran kelom geulis batik untuk pasar lokal menurun. Namun dia memprediksi, pasar lokal akan bergairah lagi pada November mendatang.
Sebabnya, kata Ana, ada kebijakan pemerintah kota yang mewajibkan pegawai instansi pemerintah memakai pakaian adat Sunda tiap Rabu."Ada program Rabu Nyunda. Tiap instansi, sekolah-sekolah harus memakai pakaian adat Sunda," katanya. Pengusaha lainnya, Andhika Yuda mengatakan hal senada. Pengusaha kopi ini mengatakan omzet turun 20-30 persen. Meski begitu, kenaikan harga bahan baku kopi dianggap masih normal. “Ada penurunan omzet karena mungkin sekarang persepsi konsumen mikirnya di mana-mana harga naik, jadi daya belinya turun,” ujar Andhika .
Dewi Permata Sari, pengusaha butik, justru menganggap anjloknya rupiah tidak mempengaruhi usahanya. Omzetnya terus naik sejak Idul Fitri lalu. Kini omsetnya mencapai Rp 102 juta per bulan. Usaha butiknya memiliki 67 distributor tersebar di seluruh Indonesia dan Asia. Hanya saja, terjadi peningkatan harga beli bahan baku.
Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat, Anton Gustoni, mengatakan belum ada keluhan dari pengusaha kecil. Hal ini karena UMKM menggunakan bahan baku lokal sehingga tak terdampak pada depresiasi rupiah. Dari data Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Barat, saat ini terdapat 9,1 juta pelaku UMKM di Jawa Barat. Jumlah paling banyak di kategori usaha mikro. Menurut Anton, permasalahan UMKM di wilayahnya, rata-rata berkutat dalam urusan modal.
Pemerintah Jawa Barat sudah melaksanakan program Kredit Cinta Rakyat (KCR) atau semacam dana bergulir yang dianggarkan dari APBD provinsi sebanyak 335 miliar. ”Program itu sudah berjalan, sekarang sudah mulai tahun ke empat untuk pelaku UMKM,” ujarnya.
Sebelumnya nilai tukar rupiah dikabarkan makin melemah hingga menyentuh di atas level 14 ribu. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menilai kondisi mata uang rupiah saat ini hanya akan berlangsung sementara. Bank Indonesia memprediksi selama Agustus laju inflasi masih tinggi. BI pun terus berupaya untuk menekan laju inflasi dengan berkoordinasi bersama pemerintah pusat dan daerah dalam menyikapi hal tersebut.
No comments:
Post a Comment