David Sutyanto, Kepala Riset Firts Asia Capital memperkirakan pada perdagangan hari ini Selasa (25/8) tekanan jual akan kembali mendominasi perdagangan. Hal tersebut menurut David disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran berlanjutnya pelemahan rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) dan merosotnya kembali harga komoditas.
“Namun di akhir sesi diperkirakan akan berpeluang membaik terutama apabila pemerintah merealisasikan rencana buyback saham sejumlah BUMN untuk meredam kepanikan di pasar saham. IHSG diperkirakan bergerak dengan support di 4010 dan resisten di 4250,” kata David dalam risetnya, dikutip Selasa (25/8).
Ia mencatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin anjlok tajam hingga 172 poin atau 3,97 persen ditutup pada 4163 menyusul meningkatnya kekhawatiran atas gejolak pasar saham global dan depresiasi rupiah. “Nilai tukar rupiah atas dolar untuk pertama kalinya sejak 1998 menembus level Rp 14 ribu atau tepatnya di Rp 14.049. Tekanan jual di pasar saham bertambah setelah bursa saham China kemarin anjlok 8,5 persen, terburuk sejak 2007 lalu,” jelasnya.
Sementara Reza Priyambada, Head of Research NH Korindo Securities Indonesia memperkirakan perdagangan hari ini IHSG akan berada pada rentang support 4110-4146 dan resisten 4188-4245. Pelemahan yang ada saat ini menurut Reza sudah terlalu dalam dan ia melihat laju IHSG belum menunjukkan potensi rebound.
“Hanya kemauan, komitmen pelaku pasar untuk menahan pelemahan, dan kebersamaan dari pelaku pasar yang dapat membuat laju IHSG dapat berbalik naik. Sepanjang hal-hal tersebut tidak ada dan tidak didukung dengan sentimen makroekonomi dan politik maka sepanjang itulah kepercayaan para pelaku pasar kian berkurang dan memiliki untuk stay away,” jelasnya.
Penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan return surat utang yang sedang anjlok saat ini tidak serta merta membuat investor mengalihkan penempatan dananya ke keranjang deposito. Beberapa bank mengklaim, porsi dana mahal mereka masih sama namun terjadi peningkatan simpanan dalam bentuk dollar yang meningkat hingga 100 persen.
Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mengatakan, sejauh ini, pihaknya belum merasakan dampak pengalihan dari indeks maupun surat utang ke deposito. "Saat ini, porsi deposito masih sama 55% dari total dana pihak ketiga. Tidak turun, tapi belum naik juga," ujarnya. Adapun, loan to deposit ratio (LDR) bank pelat merah tersebut masih berada pada level 87,87% per Juni 2015. Ini menandakan likuiditas perseroan masih cukup cair untuk ekspansi kredit pada semester kedua. Sehingga, perseroan tidak terlalu ngotot untuk menghimpun dana mahal.
Hal senada juga disampaikan Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk. Ia bilang, deposito yang ada saat ini masih stabil, yakni 25%. "Dana kami sudah cukup, LDR baru 76%. Jadi, tidak perlu rebutan dana mahal lah, mungkin bank lain jualan deposito," terang dia. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), deposito BRI per April 2015 mencapai Rp 255,79 triliun atau tumbuh 29,45% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Sementara, deposito BCA mencapai Rp 110,02 triliun atau meningkat 18,17% per April 2015.
Pertumbuhan deposito bank swasta nomor wahid tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan dengan casa yang tumbuh hanya 6,04% pada periode yang sama.
No comments:
Post a Comment