Menteri Koordinator bidang Kemaritiman, Rizal Ramli kembali melontarkan pendapat yang berlawanan dengan pernyataan kedua bosnya di Istana Kepresidenan maupun para koleganya di tim ekonomi pemerintah. Kali ini menyangkut soal analisa penyebab perlambatan ekonomi nasional yang menurutnya bukan karena pengaruh global.
"Kita sering menyalahkan semua faktor di dunia internasional. Faktor Fed (Bank Sentral Amerika/ The Federal Reserve), faktor Malaysia, faktor Korea, faktor Cina dan lain-lain. Menurut kami sudah waktunya bagi kita menghentikan menyalahkan faktor-faktor di luar itu," tutur Rizal dalam Pembukaan Perkuliahan Tahun Ajaran Baru Universitas Mercu Buana, Jakarta, Senin (31/8).
Dia menilai ringkihnya struktur ekonomi nasional menjadi penyebab utama gejolak ekonomi saat ini. Menurutnya, jika fundamental perekonomian Indonesia kuat, dengan sendirinya mampu menghalau pengaruh negatif dari luar. "India misalnya, mestinya kan India juga kena virus dari China, virus penurunan ekonomi Korea dan lain-lain, tapi (perekonomian) India bisa tumbuh 7,3 persen" kata Rizal.
Demikian pula dengan perekonomian Filipina, lanjut Rizal, saat ini tumbuh 7,2 persen di tengah ketidakpastian ekonomi global, lebih tinggi dari capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mantan Menteri Keuangan era Gus Dur itu, sebaiknya semua pihak memanfaatkan momentum perlambatan ekonomi saat ini untuk bertransformasi menjadi bangsa yang hebat dengan cara berani berinisiatif di luar dari kebiasaan.
Misalnya, ujar Rizal, ketika dia menjabat sebagai Menko Perekonomian di awal tahun 2000-an, pemerintah mengeluarkan izin operasional maskapai baru di industri penerbangan domestik, yang ditandai dengan lahirnya Group Lion Air. Akibatnya, harga tiket pesawat menjadi semakin kompetitif dan jumlah penumpangnya melonjak empat kali lipat dibandingkan saat krisis 1998.
"Itu adalah contoh bagaimana bisa mengubah Indonesia cukup dengan strategi policy tidak perlu utang," ujarnya. Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan perlambatan ekonomi yang terjadi sampai tengah tahun ini sebagian besar dipengaruhi faktor eksternal, yakni kondisi ekonomi global yang masih anjlok.
Kejatuhan rupiah menjadi salah satu indikatornya, di mana menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi) pelemahan kurs sudah berada di luar perkiraan pemerintah. Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan pemerintah dan Bank Indonesia tidak bisa selamanya mengikuti arus ekonomi global yang membawa rupiah tergelincir lebih jauh.
Senada dengan bosnya, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro di hadapan Badan Anggaran DPR juga menuding faktor eksternal, yang dipicu rencana normalisasi kebijakan moneter AS, sebagai biang keladi kejatuhan rupiah.
Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo sempat menuturkan kondisi ekonomi dan moneter yang berkembang belakangan ini lebih banyak didominasi oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap rencana bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga acuannya
No comments:
Post a Comment